Dapatkan Panduan CD 200 hal, 1 VCD "REVOLUSI RUMAH" tg KIAT DIRIKAN PENERBITAN BUKU DI RUMAH & KIAT MENULIS 24 BUKU DALAM 12 BULAN. Invst.Rp. 999.900. Diskon Rp. 800.000,- jk BAYAR tg. 1 s/d 15. Transfer tgl 16 s/d 31, investasi tetap Rp. 999.900,- Hub. 0813.1043.3010 Garansi :DIPANDU SECARA PRIBADI SAMPAI PUNYA PENERBITAN SENDIRI e mail Yuditobat61@gmail.com hp. 0813.1043.3010 TRANSFER : BANK SYARIAH MANDIRI CAB. CIPUTAT NOREK. 00400.607.30 klik: bukumilyarder.blogspot.com

Senin, 01 Desember 2008

King Gillette, Laku 144 Buah (Karya ke 14)

Sifat Utama yang Harus Anda Miliki Sebelum Anda Memulai Bisnis adalah Kesabaran seperti batu karang yang tetap kukuh, meski digempur ombak sepanjang abad (Karya ke-14)

By Yudi Pramuko,only in Indonesia (Kamis, 20 Nopember 2008)

Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com


King Gillette, Laku 144 Buah (4)

Pernah dengan nama tokoh King Gillette? Ya, silet, pencukur kumis anda!
Namun King Gillette memusnahkan umur yang berharga bertahun-tahun, untuk mengembangkan produk dan perusahaannya. Ia mencari akal, dengan penuh kesabaran, menjual pisau cukur sekali pakai itu, ke seluruh dunia. Perjalanan Gillette sulit, berkelok-berliku, melereng hampir terperosok masuk jurang yang dalam. Ia sukar sekali mencapai tujuan bisnisnya.

Gillette tidak menyerah!

Guna mewujudkan idenya, Gillette menghabiskan waktu bertahun-tahun.

Berhasil!
King Gillette akhirnya memetik hak paten, bagi produk silet, pada tahun 1895. Tapi ia harus menanti selama enam tahun, sampai tahun 1901, untuk mengumpulkan modal sejumlah 5 ribu dolar. Modal itu akan digunakan mendirikan perusahaan Gillette. Berjuanglah mati-matian sang penemu itu, King Gillette, dalam 2 tahun pertama bisnisnya. Ia mulai menjual produknya, pisau cukur. Berapa pisau cukurnya yang laku? Cuma 144 buah! Harga perbuah pun, amat kecil. Jelas, keuntungannya tipis. Gillette tidak mau terlempar dari bisnis yang telah dirintisnya sendiri dengan susah payah. Ia sabar dan bertahan. King Gillette tak menyerah kalah, meski sulit !!!
Dalam kesulitan terletak kemudahan, dan keindahan hidup.
Gillette tetap kukuh bagai berlian. Bersabar. Hatinya tetap membaja. Mencari beraneka jalan yang tidak dipikirkan orang lain. Ia tidak ingin kalah. Ia ingin menang, sukses berbisnis sendiri.
“Ia tetap bersabar, dan terus mencari strategi-strategi baru dalam pemasaran produk barunya itu pada akhirnya ia menemukan strategi yang ampuh.” (Joe Cossman, 1997, hal. 166)
Ya, King Gillette kini merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Ia, bagian dari sejarah bisnis Amerika yang termasyhur. Yang dilandasi pada kesabaran yang membaja, dan luar biasa. Siapa manusia di alam semesta ini yang tidak kenal pisau silet?
Kesabaran yang besar dan luar biasa itulah yang menyebabkan mengapa hingga kini pisau cukur silet masih berpengaruh di seluruh penjuru dunia. Hingga detik ini.

Asal anda punya kumis, pisau cukur silet tetap dominan dalam kehidupan anda. Berkat kesabaran penemu, sekaligus pemain bisnisnya: King Gillette!

Ingin Kiat Praktis Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya?
Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

Selasa, 25 November 2008

SIFAT UTAMA YANG HARUS ANDA MILIKI SEBELUM ANDA MEMULAI BISNIS ADALAH KESABARAN SEPERTI BATU KARANG YANG TETAP KUKUH, (Karya ke 13)

SIFAT UTAMA YANG HARUS ANDA MILIKI SEBELUM ANDA MEMULAI BISNIS ADALAH KESABARAN SEPERTI BATU KARANG YANG TETAP KUKUH, MESKI DIGEMPUR OMBAK SEPANJANG ABAD (Karya ke-13)


By Yudi Pramuko,only in Indonesia (Kamis, 20 Nopember 2008)

Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com


GEMA INSANI PRESS, STRATEGI HARGA MURAH ( 3 )

Penerbit Gema Insani Press (GIP), ditertawakan kalangan tertentu, karena pilihan strategi bisnisnya menerbitkan buku-buku Islam terjemahan dari bahasa Arab. Dijual murah, untuk kalangan mahasiswa dan pelajar. Berbeda dengan Mizan yang menyuguhkan puncak-puncak pemikiran Islam, dan bercorak serius, GIP bertahan dengan strategi bisnisnya yang khas. Menjual buku Islam murah. Dicetak tidak tebal. Tanpa catatan kaki (foot-note). Tanpa daftar kepustakaan. Terkesan tidak ilmiah.

GIP memilih, membidik pasar yang berbeda dengan Mizan. Ia, tidak mau bertempur, secara terbuka, dengan pasar Mizan. GIP menciptakan pasar sendiri. Ia membagi pasar menurut caranya sendiri. Jika Mizan membidik kaum terpelajar, elit dan akademisi, maka GIP memfokuskan diri pada pasar khas remaja, atau mahasiswa yang baru mengenal Islam. Dan sedang bergairah mempelajari Islam. GIP tidak menerbitkan buku filsafat Islam, seperti Mizan. GIP menyerang dengan buku-buku ‘ringan’, dan bersemangat. Ia membanjir pasar dengan bacaan gerakan Islam yang frontal, hangat. Dan tidak sedingin pemikiran Islam yang dikeluarkan Mizan. GIP terkesan sengaja ‘menyerang’ ideologi (Syiah) Mizan. Kalangan tertentu mencela buku-buku ‘kacangan’ GIP. Orang tertawa dengan gerakan GIP dengan buku-buku terjemahan dari Timur Tengah, yang murah-murah itu. Orang-orang mengejek. Orang merendahkan. Orang tertawa sinis. Mereka sinis, karena tidak bisa mengikuti langkah cerdik GIP.

GIP tidak mundur. Ia, maju terus, tak menghentikan langkahnya. Meski marjin keuntungannya terbilang tipis, untuk setiap keping buku, GIP bertahan hidup dalam strategi bisnisnya. Strategi harga murah, agar terjangkau kantong pelajar -mahasiswa Islam. GIP punya kesabaran yang panjang. Nafasnya panjang. Kini pada tahun 2000, usia GIP 14 tahun, lebih 500 (lima ratus) judul buku ditelurkan oleh penerbit yang kini membangun kantor sendiri di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan. Agaknya kini GIP menciptakan strategi baru. Buku-buku tebal, berisi pemikiran politik Islam dan gerakan Islam, mulai dirambah. Ada saja, yang tidak sepakat dengan cara dan pilihan strategi GIP melanjutkan bisnis buku-buku. Biasanya kritik dan cemoohan itu berasal dari orang berjiwa kerdil seperti biji jagung. Dari orang yang wawasannya sempit dan bercita-cita rendah.

GIP melangkah terus dengan keyakinannya sendiri. Gedung megah kini ia miliki. Milik sendiri hasil dari bisnis buku-buku Islamnya. GIP terus melangkah dengan penuh kesabaran. Melangkah ke masa depan yang cerah! Karena, profit, keuntungan dalam bisnis terletak di masa depan. Bukan di masa lalu.

Ingin Kiat Praktis Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya?
Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com




KING GILLETTE, LAKU 144 BUAH



Pernah dengan nama tokoh King Gillette? Ya, silet, pencukur kumis anda!
Namun King Gillette memusnahkan umur yang berharga bertahun-tahun, untuk mengembangkan produk dan perusahaannya. Ia mencari akal, dengan penuh kesabaran, menjual pisau cukur sekali pakai itu, ke seluruh dunia. Perjalanan Gillette sulit, berkelok-berliku, melereng hampir terperosok masuk jurang yang dalam. Ia sukar sekali mencapai tujuan bisnisnya.

Gillette tidak menyerah!

Guna mewujudkan idenya, Gillette menghabiskan waktu bertahun-tahun.

Berhasil!
King Gillette akhirnya memetik hak paten, bagi produk silet, pada tahun 1895. Tapi ia harus menanti selama enam tahun, sampai tahun 1901, untuk mengumpulkan modal sejumlah 5 ribu dolar. Modal itu akan digunakan mendirikan perusahaan Gillette. Berjuanglah mati-matian sang penemu itu, King Gillette, dalam 2 tahun pertama bisnisnya. Ia mulai menjual produknya, pisau cukur. Berapa pisau cukurnya yang laku? Cuma 144 buah! Harga perbuah pun, amat kecil. Jelas, keuntungannya tipis. Gillette tidak mau terlempar dari bisnis yang telah dirintisnya sendiri dengan susah payah. Ia sabar dan bertahan. King Gillette tak menyerah kalah, meski sulit !!!
Dalam kesulitan terletak kemudahan, dan keindahan hidup.
Gillette tetap kukuh bagai berlian. Bersabar. Hatinya tetap membaja. Mencari beraneka jalan yang tidak dipikirkan orang lain. Ia tidak ingin kalah. Ia ingin menang, sukses berbisnis sendiri.
“Ia tetap bersabar, dan terus mencari strategi-strategi baru dalam pemasaran produk barunya itu pada akhirnya ia menemukan strategi yang ampuh.” (Joe Cossman, 1997, hal. 166)
Ya, King Gillette kini merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Ia, bagian dari sejarah bisnis Amerika yang termasyhur. Yang dilandasi pada kesabaran yang membaja, dan luar biasa. Siapa manusia di alam semesta ini yang tidak kenal pisau silet?
Kesabaran yang besar dan luar biasa itulah yang menyebabkan mengapa hingga kini pisau cukur silet masih berpengaruh di seluruh penjuru dunia. Hingga detik ini.

Asal anda punya kumis, pisau cukur silet tetap dominan dalam kehidupan anda. Berkat kesabaran penemu, sekaligus pemain bisnisnya: King Gillette!


CHESTER CARLSON, 13 TAHUN MENANTI


Kesabaran itu pula yang menjadi darah daging Chester Carlson, sang penemu mesin foto kopi Xerox. Kisah sukses Carlson, termasyhur di seluruh jagad raya. Ia menemukan mesin foto kopi Xerox tahun 1938. Penemuan Carlson menjadi dasar dibangunnya salah satu perusahaan terbesar di Amerika Serikat. Setelah menemukan produk baru, mesin foto kopi itu, Carlson memohon pinjaman dana 15 ribu dolar, untuk memulai pengembangan bisnisnya.
Apa yang terjadi?
Pinjaman itu baru cair, dibayarkan, beberapa tahun kemudian. Untunglah, Carlson tetap sabar. Tapi tahun 1947, hak perdagangan mesin foto kopi Xerox dibeli orang lain. Carlson melepasnya, agar bisnisnya kian berkembang. Namun faktanya, ia harus menunggu 13 tahun lagi.... Dengan penuh kesabaran, selama 13 tahun menanti, akhirnya Carlson menerima uang royalti pertamanya. Alangkah sabarnya Chester Carlson dalam memulai bisnisnya.

Carlson, Gillette, Penerbit Mizan, Gema Insani Press, Alva Edison semuanya memiliki kesabaran yang luar biasa, dalam memulai dan mengembangkan bisnisnya. Mereka tidak gampang menyerah, sehingga terlempar dari pertarungan bisnis yang memang keras itu.

Kalau saja bisnis itu mudah tentu semua orang terjun ke gelombang bisnis yang berbahaya itu. Mereka ternyata tidak patah semangat. Sabar, mencari cara dan strategi baru, dan tak mudah mundur, atau lemah hati.

Hasilnya?

Kesuksesan, kepuasan hati yang besar, akhirnya mereka petik. Sukses bisnis mereka akan terus menjadi legenda yang terus hidup. Menjadi buah bibir yang tak habis-habisnya. Berkat sifat sabar yang luar biasa dalam memulai dan mengembangkan bisnis. Sabar dalam bertarung. Das leben ist schwer! Hidup itu sulit, ujar pepatah Jerman. Karena hidup itu sulit, kesabaran dalam mengatasi kesulitan dalam berbisnis, merupakan keharusan etis, psikologis dan historis! Lain tidak!

MENGAPA PERLU MEMBANGUN PENERBITAN SENDIRI?

“Itulah sebabnya mengapa saya tiada jemu-jemunya menganjurkan orang-orang di sekitar saya untuk membersihkan meja dapur mereka, menyulapnya menjadi kantor kecil, dan memulai suatu usaha yang dapat mereka atur sendiri, bukannya terus menerus membiarkan orang lain atau perusahaan yang mengontrol mereka.” (Joe Cossman: 1997, hal. 27)

Pesan dan pelajaran yang dapat ditarik dari Cossman adalah satu saja. Jadilah pengusaha, meski kecil. Segera bikin perusahaan sendiri. Jangan terus-menerus jadi orang gajian.
Dalam sejarah, banyak orang gajian yang merintis jalan baru dengan penuh keberanian. Cossman sendiri bergaji 140 dolar sebulan. Tapi kejadian kecil, yang dialami kawannya, membuat hatinya terbakar. Lalu ia bertekad jadi bos, memiliki perusahaan sendiri. Sudah 18 tahun kawannya menjadi pegawai swasta. Suatu hari Cossman mendengar kawannya dipecat, hanya karena silang pendapat dengan atasannya. Dipecat siang sebelumnya. Joe Cossman terperangah. Kesetiaan seorang karyawan ternyata tidak berharga sama sekali, selama anda menjadi bawahan.
“Wah, untuk apa saya setia kepada perusahaan yang tidak menghargai bawahannya,” ujar Cossman pada dirinya sendiri.
Pengalaman kawannya yang dipecat itu membangunkan Cossman. Kejadian itu membulatkan keputusan:’Aku harus jadi pengusaha’.

Keluarlah ia dari kantornya.
Joe Cossman lalu menjadi burung rajawali. Hinggap dari satu pohon ke pohon lain, dengan bebas merdeka. Mencari makan, mengais rejeki, mengembangkan sayap ide-ide dengan sebebas-bebasnya, tanpa rasa takut dipecat oleh atasan. Joe Cossman menjadi multi jutawan, karena usaha yang dibangunnya sendiri. Gaji 35 dolar seminggu, dari kantor lamanya, telah dicampakkan.

Cossman menciptakan peluang-peluang bisnisnya sendiri. Sebagai pemilik perusahaan yang dirintiskan dari meja di dapurnya, ia merasa puas. Jiwanya bebas. Merdeka. Kini, ia memetik 30.000 dolar, sekali raup. Penghasilan sebesar ini tak terbayangkan waktu jadi orang gajian. Untuk mencapai penghasilan sebesar itu, Cossman harus menghabiskan seribu minggu bekerja. Atau 15 tahun bekerja.

Alangkah malangnya orang-orang yang gajiannya terbatas, padahal hidup demikian luasnya! Penuh kemungkinan berkembang tiada batas!
Untunglah, ia tak lagi jadi orang gajian. Kini, ia mengendalikan kemauannya sendiri. Ia tidak di bawah kendali perusahaan dan orang lain. Berkat mengelola perusahaannya sendiri, ia menghemat banyak waktu. Untuk mendapat 30 ribu dolar, Joe Cossman bekerja keras, tak lebih dari setahun.

Anda bisa jadi jutawan seperti Joe Cossman. Bisa, kalau anda membangun perusahaan penerbitan buku milik sendiri. Setidaknya, anda berkembang ke arah yang anda rancang sendiri. Sesuai selera dan visi hidup anda. Anda akan tidak pernah puas atas pilihan orang lain. Sampai titik ini, orang tidak mampu lagi menentukan masa depan dan gaji anda. Kini, andalah sendiri yang mengarahkan cita-cita dan misi hidup anda.

Hanya dengan perusahaan sendiri, masa depan anda lebih terbuka. Pilihan hidup anda lebih kaya, lebih bervariasi, lebih inspiratif. Lebih menjanjikan kesejahteraan, keadilan, kebahagiaan dan kedamaian hati. Kenapa? Karena anda menjadi khalifah, menjadi pemimpin. Bukan orang yang dikendalikan orang lain. Atau bekerja di bawah pengaruh atasan anda, yang kerap berbeda cara bepikir, cara memandang persoalannya dengan anda.

Untuk memperkuat pernyataan itu, bandingkanlah penghasilan seorang pengarang dan penerbit.

Jika anda, sebagai pengarang buku, misalnya mendapat 5 juta rupiah, sedangkan penerbit buku anda memetik untung 25 juta rupiah. Mana yang anda pilih?
Tentu anda memilih jadi pengarang buku, sekaligus penerbitan buku anda sendiri. Anda dapat dua-duanya: kebebasan dan uang Rp. 30 juta.
Artinya, mendirikan penerbitan buku jauh lebih menguntungkan, secara ekonomis, dibandingkan jika anda menjadi pengarang yang menjual naskah anda kepada penerbit lain.

Terbitkanlah sendiri, buku anda. Cetak sendiri. Pasarkan sendiri. Kalau diserahkan kepada orang lain, anda rugi besar! Kecuali anda pengarang yang hidup di Barat. Tradisi penerbitan buku di Barat demikian baiknya, sehingga cukup menjadi pengarang, sebuah buku anda diterbitkan, anda bisa makan selama setahun! Bahkan, anda bisa jadi multi jutawan, hanya menjadi pengarang buku saja. Situasi yang menguntungkan pengarang itu, belum terjadi di Indonesia. Mungkin, 50 tahun lagi. Atau dua ratus tahun lagi. Situasinya, industri penerbitan buku membikin gemuk penerbit buku. Sebaliknya, pengarang jadi kere, tetap melarat di tengah pesta pora para penerbit buku Islam kita!
Padahal bukan mudah menyusun buah pikiran, ke dalam paragraf demi paragraf. Otak diperas, dahi berkerut-kerut, duduk ratusan jam mengetik naskah buku. Semua itu membutuhkan ketahanan mental yang besar. Butuh cita-cita yang besar. Perlu napas yang panjang dan tahan lama. Daya tahan seorang pengarang tak dimiliki setiap orang. Itulah sebabnya, pengarang sangat sedikit jumlahnya di dunia ini. Karena, berat dan amat terjal jalan yang harus mereka tempuh. Tapi mereka lakukan juga, untuk menyumbang sesuatu kepada kemanusiaan. Pekerjaan mengarang, sungguh pekerjaan intelektual yang seharusnya dihargai pantas oleh penerbit. Tapi, di Indonesia, penghargaan itu, merosot tajam. Pengarang selalu di pihak yang dikalahkan oleh penerbit. Apa boleh buat!

Bukan jiwa pengarang sejati yang selalu menuntut dan mengemis kepada penerbit. Jiwa pengarang adalah halus. Tidak mau jiwanya dikotori oleh pertempuran dan perebutan soal-soal rupiah. Pengarang sejati bermain di dataran ide dan cita-cita. Tak mau jiwanya meluncur turun karena mengemis-ngemis kepada penerbit. Ada masanya dia menyerah kalah. Bukan dunianya berkelahi dengan penerbit buku-bukunya. Dia harus mengakui dan maklum baru sampai taraf sedemikianlah penghargaan bangsanya kepada kehidupan pengarang yang bercita-cita besar, tapi melarat itu. Cita-cita sucinya tak ingin dikotori oleh tangannya sendiri yang selalu terkulai ke bawah. Tangan dan ilham kepengarangannya tak mau terbakar oleh api dunia yang dinyalakan oleh penerbit bukunya sendiri. Dia maklum!

Dia hanya bisa menangis bahagia ketika bukunya diluncurkan di depan publik. Ketika dicetak dan dibaca orang banyak. Air mata syukur kepada Allah, tak terasa, menetes. Lalu membasahi matanya. Lalu mengalir deras. Ia sesenggukan. Empat ratus undangan memadati aula Perpustakaan Nasional Jakarta, malam itu. Ada beberapa tamu dari negara sahabat, Iran, Irak, Palestina dll. Dia membawa seluruh keluarganya untuk menyaksikan malam yang bersejarah itu. Ibu kandungnya, dia bawa serta, duduk di bangku di depan. Kakak dan adiknya, anak-anaknya dan isterinya, sengaja dia ajak, untuk menyaksikan peluncuran bukunya. Buku karangannya, sangat khas, ditulisnya siang malam selama 3 bulan, sejak September hingga Desember 1999. Kemudian diberinya judul Yusril Ihza Mahendra, Sang Bintang Cemerlang. Disambung judul kecil di bawahnya ‘Perjuangan Menegakkan Sistem dan Ahlak Berpolitik’. Nama, Yudi Pramuko, tertera jelas di kanan atas. Ya, ia menulis kisah hidup dan pemikiran Yusril, yang saat itu baru saja menjabat Menteri Hukum dan Perundang-undangan RI. Ia sekaligus Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang. Yusril, bintangnya sedang menanjak. Terilhami oleh istilah ‘The Rising Star’, ia kemudian menjulukinya ‘Sang Bintang Cemerlang’ karena pemikirannya memang ditunggu banyak orang, di tengah hiruk pikuknya kegalauan sosial akibat perubahan sistem yang mendasar di negaranya.

Musik digelar. Makan malam disantap. Bukan main gembiranya pengunjung, sebanyak itu, beroleh makan malam gratis. Jarang sekali di Indonesia, peluncuran buku, didahului makan malam. Tidak sedikit kawannya yang mengucapkan selamat. Umumnya mereka heran, dirinya bisa menulis Yusril setebal 200 halaman, dan dirayakan dengan acara seperti itu. Atau, mungkin tak menyangka yang menulis Yusril cuma pengarang seperti dirinya, yang penampilannya sederhana.

Tapi, sebenarnya tak banyak yang tahu, dia menangis di tengah pesta. Sebagai pengarang hatinya menjerit. Sebelum buku dicetak, sudah terbayang di pelupuk matanya, jumlah uang yang bakal masuk sakunya. Tak sebanding dengan kemewahan yang digelar di malam April 2000 itu. Sekian belas juta dihambur-hamburkan hanya untuk menyenangkan segelintir orang. Tapi sekaligus menghina martabat seorang pengarang buku. Begitu banyak orang yang hendak tampil. Dan melupakan seorang pengarang buku.

Mereka seakan lupa, pengarang buku, bernama Yudi Pramuko, adalah manusia biasa. Martabatnya sebagai pengarang layak dihargai pantas oleh penerbit manapun! Tak boleh terjadi dirinya dieksploitasi, dihisap tenaga dan pikirannya untuk kepentingan lingkar elit yang terbatas.

Dia tidak ingin membiarkan dirinya dihempaskan harga diri sebagai pengarang, hanya untuk memuaskan pihak-pihak tertentu. Tak ingin lagi orang lain menghempaskan dirinya, sebagai pengarang, seperti sebingkai kaca dihempaskan ke batu. Pecah berkeping-keping.

Tapi, sudahlah. Laisa fil imkaani mimma kaana.Tidak ada yang lebih baik dari apa yang telah terjadi, seperti ucapan filsuf besar Islam, Al Ghazali. (1058-1111).

Pengalaman pahit peluncuran bukunya, di Perpustakaan Nasional, itu sungguh berharga. Sejak itulah ia ingin melakukan sesuatu yang lebih bermartabat.

Dirikan saja penerbitan Islam sendiri.
Beres!

Begitu tekadnya, dalam hati. Dan sejak saat itu ia ingin cepat-cepat melupakan peristiwa malam itu. Dan ia tidak ingin menciptakan musuh-musuh baru. Ia ingin segera menamatkan pengalaman yang bernilai dalam hidupnya itu dengan cara membangun penerbitan buku sendiri. Ia ingin mencetak buku-buku karangannya sendiri.

Sebuah langkah yang jarang ditempuh oleh pengarang Indonesia. Namun, telah keras hatinya, ia bercita-cita besar, ingin memulai tradisi baru: Pengarang buku sebaiknya memiliki penerbitan sendiri, agar harga dirinya, muru’ahnya, terjaga dan terpelihara! Blessing in disguise!
Senantiasa ada hikmah di balik luka hati. Dan, Allah senantiasa menganugerahkan yang terbaik untuk setiap hati. Hanya manusia jahil yang senantiasa tak punya hati.

BISMILLAH, MELANGKAH
Dibantu oleh dua orang teman, untuk pemasaran, di akhir tahun 2000 jadilah sebuah penerbitan sendiri. Total, hanya dikerjakan oleh tiga orang, termasuk saya seorang pengarang buku. Jadi, ada benarnya pendapat, bahwa untuk mendirikan penerbitan buku tidak sekompleks mendirikan sebuah restoran.

Modalnya, hanyalah kemauan baja. Lalu melangkah dengan bismillah! Faidza ‘azamta fa tawakkal ‘alallah. Jika kemauanmu sudah bulat, sudah sekeras intan maka bertawakallah kepada Allah. Karena, seluruh urusan masa depan, termasuk masa depan penerbitan bisnis buku, semata-mata di dalam genggaman kekuasaan Allah. Anda, dan saya hanya berusaha dengan secermat dan sebaik mungkin. Soal hasil, soal ketentuan Ilahi. Soal kita, adalah soal kemauan dan usaha yang sungguh-sungguh. Lain, tidak!

Namun, yang mau saya tegaskan, mendirikan penerbitan buku bisa langsung jalan dengan tiga orang saja. Seorang pun bisa jalan! Tanpa punya PT. Tanpa punya akte notaris yayasan. Tanpa punya mesin cetak. Tanpa punya mobil sendiri. Tanpa telpon di rumah.

Alhasil, membuat naskah buku sendiri, mencetaknya sendiri lalu memasarkannya sendiri sungguh memuaskan hati. Lebih membahagiakan jiwa. Lebih menantang intuisi bisnis. Lebih mengembangkan diri sendiri. Lebih menjanjikan masa depan bisnis yang cerah. Lebih membuat jiwa merdeka. Dibandingkan dengan menyerahkan naskah buku ke orang lain, lalu dicetak oleh orang dan penerbit lain.
Percayalah. Trust me!


Cara Mendirikan Penerbit Buku


“Mendirikan penerbit di Indonesia tidak sesulit membangun kantor pos atau membuka restoran. Anda tidak harus segera punya seratus armada kurir atau seratus koki. Dalam banyak contoh di luar negeri, penerbit hanya terdiri atas dua atau tiga orang. Asal ada yang mengerti redaksi, ada yang paham pemasarannya, langsung bisa jalan.” (Eka Budianta, ‘Menggebrak Dunia Mengarang’, cet. ke 2, Jakarta:Puspaswara, 1994, h. 66)
Sayang sekali, Eka Budianta tidak bicara lebih detil cara membangun penerbit buku. Padahal, ini penting. Seorang pengarang, jika ingin bercita-cita tinggi, dan punya banyak uang dan kebebasan, harus punya penerbit buku sendiri. Di Indonesia, pengarang cenderung ‘dikalahkan’ oleh penerbit. Akibatnya, pengarang selalu ‘rugi’. Ia tidak bisa sejahtera, secara finansial.Tidak merdeka secara psikologis. Kecuali kalau tujuannya adalah non-material-ekonomis. Cuma penerbit bukulah yang kaya raya, dan dapat nama.

Pengarang buku?

Terimalah nasibmu yang abadi: Gigit jari!

Di Barat, berbeda.
Di negara maju, pengarang sungguh dihormati. Jadi jutawan. Jadi milyader. Jutaan keping bukunya dicetak. Di sini, penerbit bicara tiga atau sepuluh ribu buku, untuk cetakan pertama. Ini, masih bernilai, karena ia sudah berbuat sesuatu bagi negerinya
Soalnya, kemana buku yang dicetak harus dipasarkan dengan sungguh-sungguh? Tentu, ke toko buku. Kalau tidak disalurkan, didistribusikan, ribuan buku itu menumpuk di rumah. Kalau begitu, peluang untuk jadi uang, kian kecil. Orang tak tahu ada barang berguna. Karena, tidak ditawarkan.

Jadi, soal berikutnya setelah keluar dari penerbitan adalah memasarkan buku. Di sini, anda harus berjuang.

Banyak orang lupa bahwa pemasaran adalah jantung sebuah bisnis. Termasuk bisnis buku. Dalam jual beli, atau bisnis dalam arti luas, terdapat sembilan pintu rejeki dari sepuluh pintu rejeki. Ini, menurut hadis Rasulullah. Dengan kata lain, hadis itu menyiratkan, bahwa 90 persen uang berputar dalam perdangangan. Maka, sebagai pengarang, kuasailah 90 % uang itu. Jangan diserahkan ke penerbit lain. Andalah yang menguasai penjualan buku-buku anda sendiri.

Dan inti dari perdagangan adalah marketing. Dengan proses marketing dapat diciptakan penjualan (selling) yang menghasikan uang. Dengan menerjuni marketing anda menguasai seluk beluk lari dan datangnya uang. Belajarlah dunia baru: marketing. Dengan merambah jalan, anda sebagai sebagai pengarang, dapat lebih berbahagia dan sejahtera.

Selamat berjuang.
Mengarang itu berjuang!

Dan pengarang harus kembali berjuang, jika mereka ingin kaya dan terhormat: Memasarkan buku-buku!*

SIFAT UTAMA YANG HARUS ANDA MILIKI SEBELUM ANDA MEMULAI BISNIS ADALAH KESABARAN SEPERTI BATU KARANG YANG TETAP KUKUH, (Karya ke 12)

SIFAT UTAMA YANG HARUS ANDA MILIKI SEBELUM ANDA MEMULAI BISNIS ADALAH KESABARAN SEPERTI BATU KARANG YANG TETAP KUKUH, MESKI DIGEMPUR OMBAK SEPANJANG ABAD (Karya ke-12)

By Yudi Pramuko,only in Indonesia (Kamis, 20 Nopember 2008)

Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com


THOMAS ALVA EDISON: GAGALNYA RIBUAN PERCOBAAN (2)

Pernah dengar nama Thomas Alva Edison (1847-1931), sang penemu lampu listrik? Tak sampai tiga bulan ia bersekolah sepanjang hidupnya. Namun, Edison kaya raya karena ia sabar dalam memulai dan mengembangkan bisnisnya. Alva Edison duduk dengan sabarnya selama malam-malam yang panjang di musim dingin, di ruang laboratoriumnya.
Ia mencoba ribuan bahan yang tipis untuk filamen bola lampu. Setelah ribuan percobaannya gagal, dan Edison tidak menyerah, ia berhasil juga menciptakan lampu pijar. Dialah, salah seorang pencipta terbesar sepanjang jaman. Saat wafat, Edison memilik lebih dari 1.300 (seribu tiga ratus) hak paten di Amerika, dan di manca negara.
Mengapa Edison sukses? Dia, sabar. Tidak mudah menyerah, saat gagal berulang kali! Kesabarannya hampir sempurna. Padahal, sekolah formalnya cuma tiga bulan.
Suatu hari dua orang pembantu Edison kecewa. Keduanya berkata:
“Kami baru saja menyiapkan percobaan yang ke tujuh ratus. Kami masih belum menemukan jawabannya, Pak Edison. Kami gagal.”
“Tidak sahabatku. Kalian belum gagal,” jawab Edison tegas,”Hanya kita yang lebih tahu dari orang lain tentang masalah ini. Kitalah yang mendapat jawaban dari masalah ini. Bukan orang lain. Karena kita jadi tahu semua problema yang seharusnya tidak kita kerjakan. Jangan dianggap suatu kegagalan. Anggaplah suatu investasi pendidikan. Orang yang gagal dalam hidup ialah orang yang hidup dan gagal belajar,” (Bill PS Lim, 1998, hal. 61).

Akhirnya percobaan itu membuahkan hasil, karena kesabaran yang panjang dan menakjubkan. Awalnya kecewa. Kini mereka tidak ingin menyerah kalah. Kesabaran yang luar biasa membuat Thomas Alva Edison, yang tabah itu, menjadi cerita emas yang sambung menyambung, jadi cerita yang inspiratif, di seluruh dunia.

“Hindarkan kesalahan besar yaitu kesalahan tidak berbuat apa-apa,” ujar Mohammad Natsir (1908-1993), Perdana Menteri RI 1950. Tidak berbuat apa-apa bisa muncul karena mengalami kegagalan, dan membuat hati lemah-putuh asa.

Presiden Amerika, Theodore Rosevelt berkata:”Satu-satunya orang yang tidak membuat kesalahan adalah orang yang tidak berbuat apa-apa. Jangan takut kepada kesalahan dengan syarat tidak mengulangi kesalahan yang sama.”

Intisari dari pendapat kedua pemimpin bangsa itu ialah kemajuan hidup dapat dicapai dengan memulai suat pekerjaan dengan penuh keberanian. Termasuk berani berbuat salah, lalu memperbaiki diri. Untuk itu, diperlukan sikap bertahan dengan sabar, jangan berhenti atau apalagi mundur. Hendaknya, majulah terus, terus bersabar dalam memulai membangun bisnis dan perusahaan sendiri.

Ingin Kiat Praktis Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya?
Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

MIZAN, TIDAK MUDAH MENYERAH (Karya ke 11)

By Yudi Pramuko,only in Indonesia (Kamis, 20 Nopember 2008)

Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com


“Tanpa kesabaran anda tidak bakal sukses memulai dan mengembangkan sebuah bisnis. Anda boleh dan seharusnya mengubah arah dan strategi manakala anda tidak berhasil memperoleh kemajuan.Tapi kalau anda ingin sukses, anda tidak boleh gampang menyerah dan berhenti di tengah jalan. Kami sudah menyaksikan sendiri banyak orang terlempar dari gelanggang persaingan ketika sudah menempuh usaha sekian lama, tanpa memperoleh hasil-hasil yang diharapkan. Tak lama sesudah itu, ada orang lain masuk dan memperoleh nasib mujur dengan meneruskan sedikit saja dari apa yang telah ditinggalkan itu, dengan memamakai gagasan yang pada dasarnya sama.
Dalam bisnis, anda harus punya kesabaran. Kesabaran itu tidak berhenti di tengah jalan, kesabaran untuk tidak gampang menyerah”. (Joe Cossman dan Willian A. Cohen, 1997, hal. 165)


MIZAN: TIDAK MUDAH MENYERAH

Inti sari dari kutipan panjang, dan bersemangat di atas, ialah: jangan mudah menyerah, apalagi berhenti di tengah jalan. Bertahanlah. Dan terus bergerak maju. Awas, terlempar dari gelanggang persaingan karena lembek kemauan, tidak kukuh berjuang, tidak sabar dalam berbisnis.

Andaikata penerbit buku Mizan berhenti dalam bisnis buku, pada tahun 1985, setahun setelah mulai melangkah tahun 1984, apa yang terjadi? Untunglah, Mizan bertahan. Bersabar. Dan terus menerbitkan buku-buku baru. Di usia yang ke 15 pada tahun 1999, Mizan telah berhasil mencetak 10 (sepuluh) juta halaman buku! Sedikitnya, melahirkan 500 (lima ratus) judul buku baru, mencerdaskan umat Islam di Indonesia. Tak sedikit penerbit Islam berguguran di berbagai kota. Di awal kelahirkannya, Mizan dicerca dari delapan penjuru angin. Badai kritik mengamuk, menghantam Mizan. Mizan dihukum, dan dihakimi publik karena dinilai mengibarkan bendera ideologi Syi’ah. Mizan bertahan. Mizan mencoba tidak menyerah. Serangan, hujatan, penilaian kritis bagai iklan gratis bagi Mizan yang baru muncul dalam bisnis perbukuan di Indonesia.
Apakah strategi ini sengaja dipakai oleh Mizan untuk mendapat publikasi yang luas? Itu, tak soal.

Yang penting, Mizan bisa hidup, di awal kelahirannya, di tengah persaingan yang keras dalam bisnis buku. Panah-panas kritik hendaknya harus dihadapi dengan benteng kesabaran. Itulah, kunci penting jika memulai bisnis. Mizan tidak mundur. Kemauan Mizan untuk terus maju, itu tak terjadi, tanpa kesabaran yang teguh!
“Kemauan untuk bertahan tanpa mempedulikan berapa kali anda terjerembab - untuk bangkit dan terus berusaha dan melangkah maju- itulah kesabaran,” tegas Joe Cossman.

Ingin Kiat Praktis Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya?
Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

MENYINGKAP RAHASIA BESAR PENULIS BUKU DI INDONESIA TIDAK BISA KAYA RAYA DAN JALAN KELUARNYA YANG PALING RASIONAL (Karya ke-10)

By Yudi Pramuko, only in Indonesia (Kamis, 20 Nopember 2008)

Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

SEMUA BUKU TENTANG TEKNIK karang mengarang yang pernah terbit di Indonesia, misalnya ‘Teknik Mengarang”-nya Mochtar Lubis, atau ‘ABC Karang Mengarang’-nya Aoh Kartahadimadja, atau ‘Pengantar Dunia Karang-Mengarang’ karya The Liang Gie, atau kitab pedoman mengarang lainnya, telah dengan berhasil memberikan sebuah jebakan yang sama yang mendorong para pengarang ke lembah kemiskinan dan penderitaan hidup, karena buku-buku itu melupakan satu hal penting: aspek bisnis dan wirausaha di dalam dunia mengarang.

Lenyapnya aspek jiwa dan praktik bisnis dan wirausaha, yang seharusnya melekat dalam diri seorang pengarang, membuat mereka, setelah membaca buku teknik mengarang itu, terbuai, terbius mimpi bisa kaya raya dengan kegiatan menulis.
Proses kreatif yang dilukiskan Arswendo Atmowiloto, Sutan Takdir Alisjahbana, Wildan Yatim, Subagio Sastrowardoyo, Ajip Rosjidi, dalam buku “Proses Kreatif” susunan Pamusuk Eneste (Jakarta: Gramedia, 1983), semuanya memberikan jebakan dan jeratan yang mengerikan. Kaitan wawasan bisnis dan kewirausahaan dengan pengembangan dan kesuburan karya pengarang, terputus!

Pengarang-pengarang besar Indonesia itu terkesan abai pada pentingnya aspek bisnis yang dapat membuat mereka mandi uang! Cara berpikir industri, di benak pengarang senior itu, benar-benar tak diberikan ruang untuk bernapas, atau dikeluarkan ke publik, hingga aspek kewirausahaan itu mati suri. Dan, dilupakan.

Pengalaman menunjukkan, umumnya kehidupan pengarang di bumi Indonesia, hidup melarat sepanjang hidup mereka, sukar sekali keluar dari himpitan ekonomi keluarga, sedikit banyak keadaan ini dipengaruhi oleh bacaan mereka sendiri. Bacaan yang menjanjikan kehidupan menyenangkan melalui, semata-mata, memproduksi naskah sebanyak-banyaknya, dan pengarang hidup kaya dari honorarium yang diterimanya dengan cara menjual naskah-naskah ke penerbit.

Puh!
Omong kosong!

Itu, alam pemikiran lama. Tidak bisa dipertahankan! Kini jaman baru tiba. Jaman industri telah membentang. Namun, masih ada para pengarang pemula membebek pikiran lama.Tanpa koreksi sama sekali! Tandanya, dia masih asyik menulis bermeter-meter, berratus halaman sambil mencampakkan cara berpikir industri di kepalanya sendiri.

Hanya seorang pengarang esai Eka Budianta, dalam bukunya “Menggebrak Dunia Mengarang” (Jakarta: Puspa Swara, 1994) yang sadar pentingnya aspek wirausaha dan berinteraksi dengan pasar. Eka menulis, begini:
“Untuk itulah setiap orang yang ingin jadi pengarang, sebaiknya merasakan sendiri mudah dan sukarnya menjual buku. Tanpa pemahaman pada minat baca, kemampuan ekonomi dan sikap masyarakat pada buku, Anda hanya dapat memuaskan diri sendiri. Padahal tugas pengarang juga memuaskan masyarakatnya.” (hal. 62)

Tentang mudahnya mendirikan penerbit, (Eka, penulis artikel, esai budaya dan buku ini kini mengelola penerbitan sendiri), menulis:

“Mendirikan penerbit di Indonesia tidak sesulit membangun kantor pos atau membuka restoran. Anda tidak harus segera punya armada kurir atau seratus koki. Dalam banyak contoh di luar negeri, penerbit sering hanya terdiri atas dua atau tiga orang. Asal ada yang mengerti redaksi, ada yang paham pemasarannya, langsung bisa jalan” (hal. 66)

Kebanyakaan bacaan dan pedoman mengarang yang terbit itu menjual mimpi indah kepada para pengarang dan pengarang pemula.
Mimpi menjadi kaya raya dengan menulis tidak punya dasar sama sekali di alam kenyataan. Namanya juga mimpi. Bunga tidur. Setelah bangun, tersadar, pengarang barulah sadar, realitas hidup demikian pahitnya!
Kalau pun diceritakan, dalam buku itu, ada pengarang besar yang berhasil merebut Hadiah Nobel, dan menjadi ternama, disanjung, bukunya dicetak jutaan keping di seluruh dunia, bermandi uang, hendaknya disikapi dengan sangat hati-hati. Pertanyaannya, di antara 6 milyar penduduk bumi, berapa orang yang meraih penghargaan tingkat dunia. Jawabnya, hanya satu orang dalam satu tahun! Pertanyaan berikutnya, berapa jumlah pengarang sukses di Barat, yang bisa berlayar di atas samudera kekayaan, dari semata-mata menjual naskah mereka ke penerbit?

SUSAHNYA HANYA JADI PENGARANG
Penulis sendiri merasakan pahitnya hidup sebagai pengarang. Lewat buku ‘HAMKA Pujangga Besar’, (Bandung: Rosda Karya) yang dijual di toko buku Rp. 22. 500,-, penulis mendapat Hadiah Adikarya, dari IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), sejumlah tiga juta rupiah tahun 2002, maka dalam seminggu uang itu ludes! Bayangkan, bagaimana kalau pengarang tidak dapat hadiah? Mungkinkah hidup layak dari tulis menulis?


Apakah yang harus diperbuat setelah mendapat uang muka honorarium Rp. 800 ribu, dari penerbit, plus 10 buku ‘HAMKA, Pujangga Besar’ sebagai nomor bukti. Buku dicetak tiga ribu buku. Bayangkan, apa arti delapan ratus ribu rupiah bagi biaya hidup seorang pengarang di Indonesia? Padahal sejak mengirimkan naskah “HAMKA, Pujangga Besar” ke penerbit hingga buku itu terbit dan beredar di pasar memakan waktu 1 (satu) tahun lamanya?

Sungguh bisa dimengerti jika muncul tulisan di harian Republika Ahad, 2 Mei 2004 berjudul “Mungkinkah hidup layak dengan menulis?”, tulisan Arba’iyah Satriani.
Sang wartawan tidak menjawab dengan tegas, pertanyaan yang diajukannya sendiri. Mungkin, ia sendiri ragu hendak menjawab seperti apa. Namun, menilik seluruh tulisannya yang melukiskan penderitaan, melalui wawancara, para pengarang berbakat dan produktif seperti M. Arief Hakim, Nur Kholik Ridwan, Muhidin M. Dahlan, suka atau tidak, seharusnya wartawan ini menjawab: “Tidak mungkin hidup layak dengan menulis”.

Jelas tulisan di Republika itu tidak memberikan jalan keluar. Tulisan itu justru melumpuhkan pembaca, memadamkan semangat para pengarang yang mau menjalani hidup melalui tulis menulis.

Jalan Keluar: Mendirikan Penerbitan Sendiri
Sudah seharusnya, pengarang menolong dirinya sendiri, dengan mendirikan penerbitan sendiri di dapur atau di bagian ruang depan rumah kontrakannya. Soeharsono, penulis buku “Mencerdaskan ESQ Anak”, menerbitkan bukunya sendiri, sudah lima kali cetak ulang. Ia panen raya dari buku yang diterbitkannya sendiri. Dari kediamannya di kawasan Depok II Tengah, Bogor, Jawa Barat, ia mengelola penerbitan yang didirikannya sendiri. Awalnya, seorang diri, dibantu isterinya. Kini, ia menggaji tiga orang karyawan seiring pertumbuhan buku-buku baru karangannya yang semakin banyak dan beraneka.

Di rumahnya, Soeharsono berkantor. Dan, dia tidak perlu lagi menghamba kepada penerbit lain untuk menerbitkan buku-bukunya. Bahkan, kini ia bisa menerbitkan buku karya-karya orang lain, selain buku karyanya sendiri.
Hidup dengan mengandalkan honor tulisan-tulisannya di koran Yogyakarta, juga dari honor buku-bukunya, telah dia campakkan. Karena terbukti, tidak lagi dapat menopang hidupnya secara layak, walau seorang bujangan. Setelah berkeluarga ia pindah ke Jakarta, dan mendirikan penerbitan untuk naskah buku-bukunya sendiri.

Mengapa Soeharsono, penulis berbakat itu, menempuh jalan wirausaha melalui penerbitan dan ia terus memproduksi karya-karyanya sendiri? Karena ia sadar, ia bisa dihimpit kemelaratan jika terus menerus menjual naskah-naskah ke pihak lain. Jadi, jalan keluar dari problem serius ini, ia membalikkan pikirannya sendiri. Ia membalik paradigma berpikir yang selama ini ia kembangkan dengan tekun. Ia menempuh jalan mendaki. Ia mencari jalan-jalan yang baru sama sekali yang tak terpikirkan selama ia hanya menulis buku untuk penerbit lain, atau mengirimkan artikel ke koran-koran di Yogya.

Jalan Wirausaha, Membuka Peluang Bisnis Baru
Dengan sadar ia menempuh jalan asing dan berbahaya. Jalan mendaki dan jalan baru, asing dan berbahaya itu ialah jalan wirausaha. Tegasnya, mendirikan penerbitan buku sendiri. Nama penerbitan itu, dipilihnya sendiri: INISIASI PRESS. Soeharsono itu kini terus menulis, dikitari seorang isteri dan enam anaknya yang masih kecil-kecil. Soeharsono, pemilik penerbitan INISIASI PRESS itu terus berkarya, menjadi penulis bebas.
Posisi intelektualnya sungguh tegas: Pemikir bebas dan merdeka! Dan, ia dengan bebas pula, kapan buku-bukunya bisa terbit. Bisa hari ini, minggu depan, atau lusa. Tak perlu lagi ia menghamba pada belas kasihan penerbit manapun.
Segalanya, dia tentukan sendiri. Kapan ia menulis naskah, melay-out, mencetak, menerbitkan, memasarkan, dan menagih uang penjualan buku-bukunya dari distributor, kini ia tentukan sendiri. Ia berpikir dari hulu ke hilir. Ia kini seorang pengarang sekaligus pejuang wirausaha. Karena, dialah pengarang sekaligus pemilik penerbitan buku-bukunya sendiri.
Alangkah indahnya pengarang yang mulai membuka diri, berwirausaha, dimulai di rumahnya. Pengarang semacam inilah yang punya peluang kaya raya, menjadi milyader, secara realistik dan rasional. Membuat naskah sebanyak-banyaknya, lalu menjualnya ke penerbit, dan berharap kaya raya, bukan jawaban yang realistik. Anda tidak akan menemukannya di alam kenyataan. Ini adalah mimpi-khayal yang ditawarkan oleh para penulis buku-buku tentang teknik mengarang.
Puh!

Sukses Besar lewat Penerbitan
Sukses besar hanya milik pengarang yang mau menempuh jalan mendaki, baru, asing dan berbahaya: jalan wirausaha. Wirausaha, atau bisnis adalah jalan berbahaya sekaligus penuh peluang-peluang bisnis yang terbuka!

Untuk meraih sukses besar, lewat wirausaha, tak perlu gelar. Soeharsono, pemuda bersahaja itu berhasil meraih sukses besar itu tanpa gelar! Lewat penerbitan buku miliknya sendiri, Soeharsono, pengarang bersuara lembut itu panen raya. Lewat jalan wirausaha, ia sukses besar tanpa mengandalkan gelar sama sekali.
Berani coba sendiri?

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia pula yang menyempitkan rezki itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang BERIMAN.”
Q.S. Ar Rum (Bangsa Rumawi) ayat 37


Ingin Kiat Praktis Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya?
Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

MENYINGKAP RAHASIA BESAR PENULIS BUKU DI INDONESIA TIDAK BISA KAYA RAYA DAN JALAN KELUARNYA YANG PALING RASIONAL (Karya ke-10)

By Yudi Pramuko, only in Indonesia (Kamis, 20 Nopember 2008)

Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

SEMUA BUKU TENTANG TEKNIK karang mengarang yang pernah terbit di Indonesia, misalnya ‘Teknik Mengarang”-nya Mochtar Lubis, atau ‘ABC Karang Mengarang’-nya Aoh Kartahadimadja, atau ‘Pengantar Dunia Karang-Mengarang’ karya The Liang Gie, atau kitab pedoman mengarang lainnya, telah dengan berhasil memberikan sebuah jebakan yang sama yang mendorong para pengarang ke lembah kemiskinan dan penderitaan hidup, karena buku-buku itu melupakan satu hal penting: aspek bisnis dan wirausaha di dalam dunia mengarang.

Lenyapnya aspek jiwa dan praktik bisnis dan wirausaha, yang seharusnya melekat dalam diri seorang pengarang, membuat mereka, setelah membaca buku teknik mengarang itu, terbuai, terbius mimpi bisa kaya raya dengan kegiatan menulis.
Proses kreatif yang dilukiskan Arswendo Atmowiloto, Sutan Takdir Alisjahbana, Wildan Yatim, Subagio Sastrowardoyo, Ajip Rosjidi, dalam buku “Proses Kreatif” susunan Pamusuk Eneste (Jakarta: Gramedia, 1983), semuanya memberikan jebakan dan jeratan yang mengerikan. Kaitan wawasan bisnis dan kewirausahaan dengan pengembangan dan kesuburan karya pengarang, terputus!

Pengarang-pengarang besar Indonesia itu terkesan abai pada pentingnya aspek bisnis yang dapat membuat mereka mandi uang! Cara berpikir industri, di benak pengarang senior itu, benar-benar tak diberikan ruang untuk bernapas, atau dikeluarkan ke publik, hingga aspek kewirausahaan itu mati suri. Dan, dilupakan.

Pengalaman menunjukkan, umumnya kehidupan pengarang di bumi Indonesia, hidup melarat sepanjang hidup mereka, sukar sekali keluar dari himpitan ekonomi keluarga, sedikit banyak keadaan ini dipengaruhi oleh bacaan mereka sendiri. Bacaan yang menjanjikan kehidupan menyenangkan melalui, semata-mata, memproduksi naskah sebanyak-banyaknya, dan pengarang hidup kaya dari honorarium yang diterimanya dengan cara menjual naskah-naskah ke penerbit.

Puh!
Omong kosong!

Itu, alam pemikiran lama. Tidak bisa dipertahankan! Kini jaman baru tiba. Jaman industri telah membentang. Namun, masih ada para pengarang pemula membebek pikiran lama.Tanpa koreksi sama sekali! Tandanya, dia masih asyik menulis bermeter-meter, berratus halaman sambil mencampakkan cara berpikir industri di kepalanya sendiri.

Hanya seorang pengarang esai Eka Budianta, dalam bukunya “Menggebrak Dunia Mengarang” (Jakarta: Puspa Swara, 1994) yang sadar pentingnya aspek wirausaha dan berinteraksi dengan pasar. Eka menulis, begini:
“Untuk itulah setiap orang yang ingin jadi pengarang, sebaiknya merasakan sendiri mudah dan sukarnya menjual buku. Tanpa pemahaman pada minat baca, kemampuan ekonomi dan sikap masyarakat pada buku, Anda hanya dapat memuaskan diri sendiri. Padahal tugas pengarang juga memuaskan masyarakatnya.” (hal. 62)

Tentang mudahnya mendirikan penerbit, (Eka, penulis artikel, esai budaya dan buku ini kini mengelola penerbitan sendiri), menulis:

“Mendirikan penerbit di Indonesia tidak sesulit membangun kantor pos atau membuka restoran. Anda tidak harus segera punya armada kurir atau seratus koki. Dalam banyak contoh di luar negeri, penerbit sering hanya terdiri atas dua atau tiga orang. Asal ada yang mengerti redaksi, ada yang paham pemasarannya, langsung bisa jalan” (hal. 66)

Kebanyakaan bacaan dan pedoman mengarang yang terbit itu menjual mimpi indah kepada para pengarang dan pengarang pemula.
Mimpi menjadi kaya raya dengan menulis tidak punya dasar sama sekali di alam kenyataan. Namanya juga mimpi. Bunga tidur. Setelah bangun, tersadar, pengarang barulah sadar, realitas hidup demikian pahitnya!
Kalau pun diceritakan, dalam buku itu, ada pengarang besar yang berhasil merebut Hadiah Nobel, dan menjadi ternama, disanjung, bukunya dicetak jutaan keping di seluruh dunia, bermandi uang, hendaknya disikapi dengan sangat hati-hati. Pertanyaannya, di antara 6 milyar penduduk bumi, berapa orang yang meraih penghargaan tingkat dunia. Jawabnya, hanya satu orang dalam satu tahun! Pertanyaan berikutnya, berapa jumlah pengarang sukses di Barat, yang bisa berlayar di atas samudera kekayaan, dari semata-mata menjual naskah mereka ke penerbit?

SUSAHNYA HANYA JADI PENGARANG
Penulis sendiri merasakan pahitnya hidup sebagai pengarang. Lewat buku ‘HAMKA Pujangga Besar’, (Bandung: Rosda Karya) yang dijual di toko buku Rp. 22. 500,-, penulis mendapat Hadiah Adikarya, dari IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia), sejumlah tiga juta rupiah tahun 2002, maka dalam seminggu uang itu ludes! Bayangkan, bagaimana kalau pengarang tidak dapat hadiah? Mungkinkah hidup layak dari tulis menulis?


Apakah yang harus diperbuat setelah mendapat uang muka honorarium Rp. 800 ribu, dari penerbit, plus 10 buku ‘HAMKA, Pujangga Besar’ sebagai nomor bukti. Buku dicetak tiga ribu buku. Bayangkan, apa arti delapan ratus ribu rupiah bagi biaya hidup seorang pengarang di Indonesia? Padahal sejak mengirimkan naskah “HAMKA, Pujangga Besar” ke penerbit hingga buku itu terbit dan beredar di pasar memakan waktu 1 (satu) tahun lamanya?

Sungguh bisa dimengerti jika muncul tulisan di harian Republika Ahad, 2 Mei 2004 berjudul “Mungkinkah hidup layak dengan menulis?”, tulisan Arba’iyah Satriani.
Sang wartawan tidak menjawab dengan tegas, pertanyaan yang diajukannya sendiri. Mungkin, ia sendiri ragu hendak menjawab seperti apa. Namun, menilik seluruh tulisannya yang melukiskan penderitaan, melalui wawancara, para pengarang berbakat dan produktif seperti M. Arief Hakim, Nur Kholik Ridwan, Muhidin M. Dahlan, suka atau tidak, seharusnya wartawan ini menjawab: “Tidak mungkin hidup layak dengan menulis”.

Jelas tulisan di Republika itu tidak memberikan jalan keluar. Tulisan itu justru melumpuhkan pembaca, memadamkan semangat para pengarang yang mau menjalani hidup melalui tulis menulis.

Jalan Keluar: Mendirikan Penerbitan Sendiri
Sudah seharusnya, pengarang menolong dirinya sendiri, dengan mendirikan penerbitan sendiri di dapur atau di bagian ruang depan rumah kontrakannya. Soeharsono, penulis buku “Mencerdaskan ESQ Anak”, menerbitkan bukunya sendiri, sudah lima kali cetak ulang. Ia panen raya dari buku yang diterbitkannya sendiri. Dari kediamannya di kawasan Depok II Tengah, Bogor, Jawa Barat, ia mengelola penerbitan yang didirikannya sendiri. Awalnya, seorang diri, dibantu isterinya. Kini, ia menggaji tiga orang karyawan seiring pertumbuhan buku-buku baru karangannya yang semakin banyak dan beraneka.

Di rumahnya, Soeharsono berkantor. Dan, dia tidak perlu lagi menghamba kepada penerbit lain untuk menerbitkan buku-bukunya. Bahkan, kini ia bisa menerbitkan buku karya-karya orang lain, selain buku karyanya sendiri.
Hidup dengan mengandalkan honor tulisan-tulisannya di koran Yogyakarta, juga dari honor buku-bukunya, telah dia campakkan. Karena terbukti, tidak lagi dapat menopang hidupnya secara layak, walau seorang bujangan. Setelah berkeluarga ia pindah ke Jakarta, dan mendirikan penerbitan untuk naskah buku-bukunya sendiri.

Mengapa Soeharsono, penulis berbakat itu, menempuh jalan wirausaha melalui penerbitan dan ia terus memproduksi karya-karyanya sendiri? Karena ia sadar, ia bisa dihimpit kemelaratan jika terus menerus menjual naskah-naskah ke pihak lain. Jadi, jalan keluar dari problem serius ini, ia membalikkan pikirannya sendiri. Ia membalik paradigma berpikir yang selama ini ia kembangkan dengan tekun. Ia menempuh jalan mendaki. Ia mencari jalan-jalan yang baru sama sekali yang tak terpikirkan selama ia hanya menulis buku untuk penerbit lain, atau mengirimkan artikel ke koran-koran di Yogya.

Jalan Wirausaha, Membuka Peluang Bisnis Baru
Dengan sadar ia menempuh jalan asing dan berbahaya. Jalan mendaki dan jalan baru, asing dan berbahaya itu ialah jalan wirausaha. Tegasnya, mendirikan penerbitan buku sendiri. Nama penerbitan itu, dipilihnya sendiri: INISIASI PRESS. Soeharsono itu kini terus menulis, dikitari seorang isteri dan enam anaknya yang masih kecil-kecil. Soeharsono, pemilik penerbitan INISIASI PRESS itu terus berkarya, menjadi penulis bebas.
Posisi intelektualnya sungguh tegas: Pemikir bebas dan merdeka! Dan, ia dengan bebas pula, kapan buku-bukunya bisa terbit. Bisa hari ini, minggu depan, atau lusa. Tak perlu lagi ia menghamba pada belas kasihan penerbit manapun.
Segalanya, dia tentukan sendiri. Kapan ia menulis naskah, melay-out, mencetak, menerbitkan, memasarkan, dan menagih uang penjualan buku-bukunya dari distributor, kini ia tentukan sendiri. Ia berpikir dari hulu ke hilir. Ia kini seorang pengarang sekaligus pejuang wirausaha. Karena, dialah pengarang sekaligus pemilik penerbitan buku-bukunya sendiri.
Alangkah indahnya pengarang yang mulai membuka diri, berwirausaha, dimulai di rumahnya. Pengarang semacam inilah yang punya peluang kaya raya, menjadi milyader, secara realistik dan rasional. Membuat naskah sebanyak-banyaknya, lalu menjualnya ke penerbit, dan berharap kaya raya, bukan jawaban yang realistik. Anda tidak akan menemukannya di alam kenyataan. Ini adalah mimpi-khayal yang ditawarkan oleh para penulis buku-buku tentang teknik mengarang.
Puh!

Sukses Besar lewat Penerbitan
Sukses besar hanya milik pengarang yang mau menempuh jalan mendaki, baru, asing dan berbahaya: jalan wirausaha. Wirausaha, atau bisnis adalah jalan berbahaya sekaligus penuh peluang-peluang bisnis yang terbuka!

Untuk meraih sukses besar, lewat wirausaha, tak perlu gelar. Soeharsono, pemuda bersahaja itu berhasil meraih sukses besar itu tanpa gelar! Lewat penerbitan buku miliknya sendiri, Soeharsono, pengarang bersuara lembut itu panen raya. Lewat jalan wirausaha, ia sukses besar tanpa mengandalkan gelar sama sekali.
Berani coba sendiri?

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia pula yang menyempitkan rezki itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang BERIMAN.”
Q.S. Ar Rum (Bangsa Rumawi) ayat 37


Ingin Kiat Praktis Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya?
Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

KEKELIRUAN PERTAMA DAN UTAMA DALAM BISNIS DI DUNIA MAYA (Karya ke-9)

By Yudi Pramuko,only in Indonesia (Kamis, 20 Nopember 2008)

Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

“Kami, generasi baru ingin menatap masa depan dengan berani dan jujur, namun dengan kesadaran sejarah yang kuat!” Anis Matta, Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Ungkapan ini saya ambil dari acara Debat, semalam (19 Nopember 08) di TV One bertema iklan controversial PKS yang ditayangkan oleh stasiun TV.

Iklan itu sendiri, berdurasi 15 detik, mengajak agar kita memetik sejarah dari perjuangan orang-orang besar di masa lalu, seperti Soeharto, Soekarno, Soedirman, Hasjim Asy’ari, Ahmad Dahlan, Bung Tomo, Mohammad Natsir, Mohammad Hatta, dan lainnya.

Belajarlah dari sejarah! Itulah inti iklan itu.

Dalam bisnis informasi, anda tentu sepakat bila anda lebih dapat meyakinkan pembeli, jika anda memolek informasi anda dengan contoh-contoh.

Misalnya, uraian anda akan lebih hidup, menarik dibandingkan uraian kata-kata belaka. Kolonel Sanders, yang sudah renta, pensiun dari angkatan bersenjata di Amerika ternyata sangat gigih menjual racikan bumbu ayam gorengnya. Sampai ribuan kali, tawaran kerja samanya ditolak. Sampai akhirnya ia sukses mengembangan jaringan restoran cepat saji di masa hidupnya, Kentucky Fried Chicken (KFC).

Namun, di ujung senjanya, ia bagai kehilangan makna hidup. Milyaran rupiah bagaikan uang kertas koran bekas saja di tangannya.

Bisnis jaringan waralaba KFC yang dengan susah payah dikembangkan, akhirnya dia sendiri yang melepasnya kepada pihak lain. Kolonel Sanders, sang Raja Ayam KFC menjualnya seharga 1 (satu) juta dolar.

Orang banyak tidak tahu, Retoran KFC yang tersebar di seluruh dunia, bukanlah milik Kolonel Sanders!

Itulah sejarah. Hikmahnya, di dalam bisnis ternyata tidak yang abadi sebagaimana hidup itu sendiri bagaikan fatamorgana. Di kejauhan, di sebuah padang pasir yang panasnya mengepul-ngepul, disangka air. Begitu dikejar, para musafir yang kehausan itu tidak mendapatkan air. Rupanya air yang dirindukan oleh orang haus, hanyalah tipuan fatamorgana belaka!

Tidak belajar dari sejarah, itulah kekeliruan utama dan utama orang yang menerjuni bisnis di dunia maya! Disangkanya, bisnis itu mudah!

Disangkanya, setelah meraup milyaran rupiah ia berhasil merasakan puncak kebahagiaan hidup.

Menaklukkan kesulitan dalam bisnis adalah sebuah keindahan hidup!

Mulai saat ini anda hendaknya mulai rakus membaca buku sejarah. Lalu, memetik hikmah dari sana, guna melangkah ke masa depan dengan hati yakin, dan tidak gugup!

Al Quran itu sendiri, lebih dari 80 % berisi kisah perjuangan orang-orang besar dalam sejarah, di masa lalu. Nabi Muhammad SAW belajar dari kesuksesan dan kegagalan perjuangan orang besar di masa silam yang tidak pernah dijumpainya sama sekali seperti Ibrahim, Yusuf, Musa, Isa, Khidir, Nuh, Adam, Firaun, Qorun, Hammam, dan lainnya.

Meski berjarak jauh ratusan dan ribuan tahun dari pelaku serajarah, Nabi Muhammad Saw. selalu memetik hikmah dan pedoman dari tokoh masa lalu. Dengan cara itulah, Nabi Muhammad tidak kehilangan orientasi dan arah dalam melangkah.

Nabi Muhammad tidak pernah gugup menghadapi masa depan!

Pendeknya, Nabi Muhammad Saw, di dalam berbisnis dengan Allah Saw. (baca:berjuang) sepanjang hidupnya hingga berusia 63 tahun, memiliki kesadaran sejarah yang kuat!

Wallahu a’lam. Allah Maha Tahu.*



Ingin Kiat Praktis Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya?
Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

KEKELIRUAN TERBESAR YANG SERING DILUPAKAN CALON MILYARDER (Karya ke-8)

By Yudi Pramuko,only in Indonesia (Kamis, 20 Nopember 2008)

Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com


“Kemana Tsa’bah?”
“Bisnis ya Rasulullah. Kambingnya makin banyak, di tepi perbatasan kota,” jawab para sahabat.
Rasulullah semakin tercenung.
Ya, wajar sekali Nabi tertegun sekarang. Dahulu, Tsa’labah selalu berada di shaft pertama shalat berjamaah. Persisi di belakang Nabi. Dia, lelaki miskin itu selalu setia dan rajin sholat lima waktu, di awal waktu. Dia satu shaft bersama Abu Bakar, Umar,Ali, Usman dan di supermilyader Abdurrahman bin Auf serta sahabat terkemuka lainnya.
Oh, alangkah bahagianya hidup sejaman dengan Rasullullah. Melihat Rasulullah tersenyum, bersentuhan langsung dengan beliau, menyauk ilmu dari telaga yang paling bening secara langsung, alangkah beruntungnya dapat bercakap-cakap dengan Rasulullah.
Namun, terusik jiwa Tsa’labah. Ia ingin lekas kaya raya, bergelimbang harta benda duniawi.
Suatu hari, usai sholat berjamaah, dengan dada berdebar-debar Tsa’labah memberanikan diri, mendekati Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, doakan saya jadi orang kaya raya,”
“Oh, engkau Tsa’labah. Engkau orang yang selalu sholat berjamaah di shaft pertama di awal waktu…cukuplah dengan keadaanmu sekarang…” jawab Rasulullah sambil tersenyum.
Sang Utusan Tuhan memiliki firasat yang amat tajam tentang jiwa sahabatnya yang satu ini, di masa depan.
Namun, selalu setiap berjumpa dengan Rasulullah, lelaki melarat itu ingin didoakan menjadi manusia sang milyader.
Dengan berat hati, doa dipanjatkan Nabi ke langit. Untuk Tsa’labah.
Angin padang pasir membumbung tinggi. Nasib berputar. Awalnya, hilanglah sholat jamaah. Satu waktu. Lalu, jamaah lohor hilang pula. Ashar tiba.
“Kemana sahabat kita, Tsa’labah?”
“Bisnis wahai Nabi, kami dengar kambingnya berkembang biak. Dia sibuk…” sahut para sahabat.
Tsa’labah kian asyik dengan wirausaha yang sangat manis, namum berbahaya itu.
Hari Jumat pun tibalah. Rasulullah mengedarkan pandangan ke sekeliling masjid Nabawi di Madinah. Kemana Tsa’labah?
Oh, dia tidak menegakkan sholat Jumat karena urusan bisnis ternak kambingnya.
Kabar gembira akhirnya tiba juga. Penduduk Madinah merata telah tahu, lelaki yang dahulu berpakaian compang camping, miskin dan selalu sholat berjamaah di belakang Nabi Muhammad kini datang, berjalan gagah perkasa dengan pundi-pundi dinar emas, hendak membayar zakat kepada Nabi.
Sayang, Nabi menolak zakat perniagaan yang diserahkan Tsa’labah. Dia menangis sejadi-jadinya. Dia menangis tersedu-sedu. Senyumnya yang terkembang karena dikira mendapatkan perlakuan istimewa dari Nabi, kini Tsa’labah hancur hatinya. Ia ingin tobat. Namun tobat Tsala’bah tidak diterima.
Setelah Rasulullah wafat, lelaki milyader karena usaha kerasnya dalam bisnis berusaha membujuk khalifah Abu Bakar. Ia ingin membayar seluruh zakat yang dahulu ditolak Rasullah. Abu Bakar bukan lelaki bodoh. Dengan halus dan tegas Abu Bakar menolaknya.
“Wahai Tsa’labah, bagaimana aku bisa menolak zakat yang Rasulullah sendiri menolaknya?!”
Kembali Tsa’labah menangis. Tersedu-sedu.
Setelah dua tahun memerintah Abu Bakar wafat. Umar bin Khatab naik jadi khalifah. Kembali Tsa’labah merengek-rengek, agar khafilah menerima zakatnya.
Umar bukan orang bodoh. Umar, lelaki yang paling disiplin dan setia dalam membela Islam. Dengan kontan Umar menolak.
“Nabi saja menolak zakatmu. Masa aku akan menerimanya!!!”
Sang milyader kini limbung. Akhirnya, ia mati dalam penyesalan mendalam. Tobatnya tak diterima sampai dia mati.
Bisnis adalah pendakian terjal dan berbahaya, bagi orang-orang yang melalaikan sholat berjamaah di awal waktu dan di shaft pertama.
Ya, Tsa’labah bukanlah maha milyader Abdurrahman bin Auf, yang dengan yakin menyedekahkan 30 ribu ekor kuda untuk jihad fi sabilillah.
Dia, bukan Umar yang menyerahkan 50 % hartanya untuk jihad fisabilillah.
Tsa’labah bukanlah Abu Bakar yang menyerahkan 100 % hartanya untuk jihad fi sabilillah.
‘Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abu Bakar?” tanya Rasulullah.
“Untuk keluargaku, telah kutinggalkan Allah dan Rasul-Nya.”
Padahal Tsa’labah, Umar, Abu Bakar dan Abdurrahman bin Auf, adalah hidup sejaman dengan Rasulllah.
Bedanya, ada 10 sahabat, para milyader yang dijamin masuk surga, kecuali Tsa’labah. Dialah, milyader yang malang.

“Bertasbihlah kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan petang,laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingati Allah, dan dari mendirikan sholat, dan dari membayar zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang di hari itu hati dan dan penglihatan terguncang. Mereka mengerjakan yang demikian itu supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya TANPA BATAS.

Dari kisah historis di atas, ada 3 kekeliruan terbesar yang sering dilupakan oleh calon milyarder.

1. Anda ingin lekas kaya raya secara meluap-luap, dengan tidak mempertimbangkan nilai luhur lainnya. Dengan ambisi ingin kaya raya, karena sebelumnya amat miskin hidupnya, anda lalu kehilangan orientasi, bagaimana cara merengkuh kekayaan itu dan untuk apa kekayaan digunakan.


2. Anda mengurbankan diri sendiri demi gelora bisnis, dengan meninggalkan orang-orang sholeh yang hidup sejaman dengan anda. Tsa’labah, karena ambisi bisnisnya yang tak kenal waktu, ia menjauh dari nasehat-nasehat Rasulullah, menjauh dari Abu Bakar, Umar dan orang sholeh lainnya di masa hidupnya.


3. Anda meninggalkan sholat berjamaah di mesjid di awal waktu. Awalnya, Tsa’labah selalu sholat berjamaah lima waktu di mesjid di belakang Rasulullah SAW, berada di shaft pertama bersama Abu Bakar, Umar, Tholhah, Abdurrahman bin Auf dan lainnya. Akhirnya, karena diseret oleh ambisi bisnis, ia hancur di dunia dan di akhirat.

Itulah tiga kekeliruan terbesar yang sering dilupakan oleh calon milyarder.
Semoga anda, dan saya termasuk milyarder yang selamat di dunia, selamat di akhirat dengan cara menghindarkan tiga kekeliruan Tsa’labah, sang milyarder malang.*

Ingin Kiat Praktis Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya?

Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

STRATEGI JITU MENARIK PENGUNJUNG AGAR SUKSES DUNIA DAN AKHIRAT (Karya ke-7)

STRATEGI JITU MENARIK PENGUNJUNG AGAR SUKSES DUNIA DAN AKHIRAT (Karya ke-7)

By Yudi Pramuko,only in Indonesia (Kamis, 20 Nopember 2008)

Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

Untuk apa anda menjual informasi di dunia maya? Ada banyak motif. Orang berbuat didorong motif, kehendak, keinginan, cita-cita dan impian. Salah satu motif anda menjual informasi digital adalah membuka jalan yang tadinya tetutup. Sehingga orang tersenyum kembali setelah mendapat tekanan hidup yang berat.

Atau, anda didorong untuk melakukan pencerahan. Membuka wawasan sehingga pengunjung terbuka betapa luasnya peluang dan kesempatan selama masih hidup bernapas di atas dunia. Anda juga dapat mengingatkan orang agar selamat di dunia sampai negeri akhirat.

Kalau begitu, motif mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya bukanlah satu-satunya motif terbesar orang menjual informasi digital melalui internet, melalui Sistem Mesin Uang Otomatis (SMUO).

Di negeri akhirat, ada empat hal SOAL yang setiap pengunjung internet harus berhasil menjawabnya. Ke empat hal itu adalah mengenai badan atau tubuh, usia, ilmu pengetahuan dan harta. Supaya mudah mengingatnya, singkatlah menjadi BUIH (Badan, Umur, Ilmu dan Harta).

Ada strategi jitu menjaring pengunjung agar mereka sukses di dunia dan di akhirat. Sukses menjawab ke empat hal itu.

1. BADAN
Perhatikan badan anda. Tubuh apa digunakan selama hidup anda di dunia. Supaya selamat lima belas menit sebelum azan lohor, misalnya, keluarkan badan anda dari warnet, dari depan layar computer. Lalu songsonglah suasan azan. Langkahkan kaki anda ke mesjid untuk sholat wajib berjamaan di mesjid. Anda lihat sendiri, di warung internet, lelaki dan perempuan berjilban tidak memperhatikan hak tubuh mereka untuk menyembah kepada Allah. Anda lihat, mereka asik berselancar di dunia maya. Mereka terbenam dengan game online, dan segala permainan dunia sambil tertawa-tawa. Mereka sholat di akhir waktu. Bahkan tidak sholat sama sekali.

Allah akan bertanya di akhirat tentang tubuh anda, untuk anda gunakan. Badan adalah titipan Tuhan, yang akan ditarik-Nya kembali. Anda harus bisa menjawab pertanyaan Tuhan.

2. UMUR
Perhatikan dengan detik-detik umur anda. Umur anda untuk apa anda habiskan. Habiskan umur anda untuk menyebarkan informasi yang berguna di blog dan web anda. Jangan anda menyebarkan sampah informasi. Itu berarti anda menyia-nyiakan umur anda sendiri.

Gunakan umur anda untuk menyerap informasi digital yang demikian kaya, untuk pengembangkan ilmu dan kepribadian anda. Hindari menghabiskan umur anda untuk mengunduh informasi batil, gambar busuk, porno. Manfaatkan umur anda untuk merenungi kekuasaan Allah, melalui internet. Betapa Allah Swt, menganugerahkan ilmu-Nya yang masih secuil, sehingga orang di seluruh dunia bisa terhubung dengan cepat melalui jaringan maya! Gunakan umur anda untuk melihat, menyerap informasi yang hak, benar, dan bermanfaat saja. Agar umur anda yang ringkas itu menjadi barokah!

3. ILMU
Perhatikan ilmu yang dititipkan oleh Allah kepada anda. Kelak ditanya, untuk apa ilmu yang anda miliki anda gunakan. Apakah ilmu itu anda simpan sendiri. Karena ilmu itu merasa anda yang mengusahakannya lalu anda sembunyikan?

Ataukah ilmu yang dipinjamkan oleh Allah itu anda sebarkan ? Sehingga banyak orang turut tercerahkan dan mengambil manfaat yang besar dari ilmu anda itu?

Ingatlah semua ilmu pengetahuan, termasuk seluk beluk mengenai Sistem Mesin Uang Otomatis (SMU) dan berbagai Software komputer, semuanya titipan dari Allah. Anda akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah kelak.

Ada kisah nyata.
Seorang pemuda Indonesia, studi dengan keras siang malam di universitas terbaik di Amerika. Akhirnya, ia berhasil meraih gelar Doktor, setelah belajar hampir tujuh tahun. Pulanglah sang Doktor ke Indonesia.

Dengan ijin Allah, sang Doktor kehilangan seluruh ingatannya, karena suatu penyakit yang seluruh dokter angkat tangan. Sang Doktor menjadi linglung. Semua memorinya lenyap dalam sekejap. Keluarga besarnya, tak berdaya. Kerja keras Sang Doktor muda itu belajar bertahun-tahun di Amerika sirna bagai debu berterbangan.

Allah menarik kembali ilmu-Nya yang telah dititipkan sementara kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.

Berhati-hatilah dengan barang titipan Allah itu.

4. HARTA
Perhatikan harta, emas, dinar, dirham dan jumlah saldo yang anda kumpul-kumpulkan.
Jika, badan, umur dan ilmu hanya diajukan SATU pertanyaan oleh Allah, yakni UNTUK APA DIGUNAKAN, maka khusus harta pertanyaan di akhirat ada DUA.

Pertama, DARI MANA harta itu anda peroleh? Usahakan harta yang ada dapatkan dari cara yang halal. Pakailah transaksi modern dengan bank syariah. Karena, fatwa majelis ulama Indonesia menegaskan bunga bank konvensional adalah HARAM hukumnya. Tutuplah rekening bank konvensional anda mulai hari ini, saat anda membaca tulisan saya ini. Dengan bank syariah, semoga Allah memberkahi bisnis online anda.


Pastikan untuk bisnis online dengan sistem SMUO anda menggunakan bank syariah. Meski market share bank syariah di Indonesia kurang dari 2 (dua) persen, dibandingkan dengan perbankan konvensional, supaya anda selama di dunia dan selamat di akhirat, pastikan anda memakai rekening bank syariah untuk transaksi bisnis online anda. Pastikan ada berbisnis dengan permainan yang aman (Safety Player).

Kalau anda bermain di ‘Grey Area” (bank konvensional), anda bertanggungjawab dan menjawab SENDIRIAN di akhirat, saat ditanya DARI MANA harta yang anda peroleh.

Kedua, UNTUK APA harta itu anda gunakan.
Pastikan harta yang anda peroleh dengan cara dan teknik yang halal itu, anda gunakan untuk perkara yang berguna di jalan Allah. Jika anda gunakan untuk memuaskan nafsu, atau di jalan kebatilan, maka anda dipastikan mengalami kesulitan besar di akhirat.

Harta yang anda usahakan dengan susah payah itu hakikatnya adalah milik Allah. Bukan milik anda. Anda hanya dipinjami sejenak oleh Allah. Sang Pemilik harta itu kelak akan bertanya, untuk apa saja harta yang telah dipinjamkannya itu kepada anda. Bagaimana cara anda mengelola harta halal itu, semua ada perhitungannya.
Milyaran uang anda adalah setitik debu saja dibandkan kekayaan Allah meliputi alam semesta yang terus berkekembang.

Jika harta anda haram, anda akan diazab (disiksa). Jika harta itu halal anda akan dihisab (dimintai pertanggung jawaba oleh Allah). Baik halam maupun haram, anda akan dipaksa untuk menjelaskannya secara jernih dan argumentatif di depan Tuhan!

Itulah strategi jitu menarik pengunjung agar mereka tidak tersesat di samudera maya. Lalu, kehilangan orientasi hidup, kehilangan makna hidup, serta kehilangan persiapan dan modal menghadapi empat pertanyaan di negeri akhirat.

Nabi Muhammad SAW menasehatkan, ada empat pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap manusia, sebelum mereka bergerak dari tempatnya. Yakni, untuk apa badan, umur dan ilmu digunakan, serta dari mana harta didapatkan dan untuk apa harta itu didistribusikan.

Pastikan anda mengembangkan strategi itu untuk menarik pengunjuang diblog dan web anda. Agar anda dan pengunjuang selama di dunia dan di akhirat.




Ingin Kiat Praktis Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya?
Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

13 Hari yang Panjang Belajar SMUO (Karya ke-6)

13 Hari yang Panjang Belajar SMUO (Karya ke-6)

By Yudi Pramuko,only in Indonesia (Rabu, 19 Nopember 2008)

bukumilyarder.blogspot.com &
yudipram. blogspot.com

Jumat 7, Nopember 08

Belajar cara bikin blogspot ke teman ustad Roni Akbar di di Depok, baru setengah jam warnet bermasalah, pulang ke Parung, biaya warnet Rp. 2.000,- Yah, baru juga satu langkah!
Makan siang berdua ustad Roni Akbar di warteg, Rp. 20.000,-

Beli tiga buku tentang Komputer di Gramedia Depok
1. Meningkatkan Finansial dgn Blogspot (Ridwan Sanjaya) Rp.. 33.800,-
2. Internet Cash Machine (Alex Iskandar) Rp. 24.800,-
3. 101 Trik dan Tips Blogspot (Dominikus Juju) Rp. 33.000,-
Ongkos Parung-Depok, pp, Rp. 20.000,-
Dengan SEMANGAT BESAR & BERKOBAR-KOBAR mencorat-coret ketiga buku dalam tiga hari tiga malam. Banyak istilah teknik. “Telan” saja, nanti lama-lama, dengan ijin Allah, ngerti juga. Alhamdulillah, ada bayangan kasar, apa itu blog dan gunanya untuk pengembangan dakwah dan bisnis di kurun modern, sebagai pelengkap dari setor ril dan sektor finansial. Internet marketing, sebuah alat (tools) yang bagus untuk ‘menyerang’ dan membangun kewirausahaan serta membangun peradaban modern yang Islami dan universal. Tidak terbatas, untuk cari uang!

Senin, 10 Nop. 08.
Ke warnet, belajar sendiri bikin dua buah blog,lebih dari 5 jam Rp. 18.000,- Hasilnya.
Bukumilyarder.blogspot.com dan yudipram. blogspot.com. Masih sangat berantakan. Alhamdulillah. Isi produk sudah tampail. Sederhana sekali. Alhamdulillah. Termasuk bikin dua email 1. bukumilyarder@gmail.com dan 2. yuditobat61@gmail.com Lumayan puyeng. Lieur, kata orang Sunda. Pusing!
Terus, di dekat mesjid Parung, habis sholat lohor berjamaan ( dari jam delapan sudah di warnet) saya beli lontong 3 tambah bakwan tiga, (wah, nikmaa…ttt), lapaa…rrr Rp. 3.000,- Di warnet…makan sendiri! Sedaaa…pppp!!
Rencananya, Bukumilyarder.blogspot.com untuk JUALAN/IKLAN PRODUK dan yudipram. blogspot.com untuk menyerang dunia maya dengan ide-ide, gagasan, konsep, pengalaman hidup, , semua ditulis dan dapat dicopi gratis sebagai bentuk amal jariah/ al sholeh, dll, dan supaya pengunjung dapat ditarik mampir ke bukumilyarder.blogspot.com. Yah, ngikut Pak Joko Susilo.
Saya sudah menulis dua komentar di Jokosusilo. com

Selasa 11 Nop. 08.
Ke internet lagi, memperbaiki teks/produk iklan Kiat Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di RUMAH dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya.
Alhamdulillah, ada satu pengunjung pertama, Satriyo Yudiarto. Syukron! Di warnet habis Rp. 25.000,-. Lima jam lebih!

Senin 17 Nop. 08,
Pagi hari, dari Parung saya ke Ciputat, transfer ke formulabisnis.com di Semarang Rp. 200.000,-
Ke warnet lagi Rp. Rp. 11.000,-.
Pertama kali beli Flash Dish merek NEXUS Rp. 80.000,- Terus mengopi semua tulisan di Jokosusilo.com. Saya pelajari. Sebagian diprint di rumah. Dicorat-coret, pakai pulpen merah, saya tandai mana yang harus diulang-ulang, sampai paham.

Selasa, 18 Nop. 09, belajar 2 jam ke teman, ustad Roni Akbar di Depok, cara memposting artikel, di Warnet. Rp. 8.000,
malam siang berdua di wartegRp. 20.000,
Ongkos ke Parung-Depok, pp,Rp. 20.000,-

Rabu, 19 N0p. 08, memasukkan 5 artikel, artikel, dan belajar otodidak, memasukkan foto saya sendiri, Yudi Pramuko saat usia 4 tahun, di warnet 4 jam lebih Rp. 20.000,- Makan, lontong 2 bakwan (nikmaa….ttt) Rp.2.000,-
Oh data, sudah disiapan dari rumah! Sekarang, saya bawa flash dish!
Isinya lima artikel baru, dibuat dua hari, beberap hari sebelumnya. Mengikuti gaya Jokosusilo.com.
Plus foto-foto, diubah dulu ke dari format Tif ke JPEG, supaya bisa diupload di blog.
Terus cawe-cawe, memasarkan diri di Jokosusilo.com. Ngasih tahu, dan mampirlah di
bukumilyarder.blogspot.com &
yudipram. blogspot.com

Siapa tahu, jualan saya “Training Quantum’ bisa nyangkut. Investasinya Cuma Rp. 999.900.- tapi didiskont Rp. 800.000,- jika yang berminat membayar tanggal 1-15 setiap bulannya. Jadi cukup transfer Rp. 199.900,- untuk dua modul (200 halaman) 1. Kiat Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan 2. Kiat Menulis Buku dengan 4 Metode yang Teruji di Lapangan. Selain modul, peminat mendapat 1 buah VCD REVOLUSI RUMAH, durasi 30 menit dengan nara sumber saya sendiri, di dalamnya!
Yang pesan, dikirimi modul CD dan VCD (masih untuk sementara) memakai jasa pos kilat khusus. “Mulailah dengan apa yang ada karena yang ada itu lebih dari cukup untuk memulai pekerjaan”.
Training Quantum jarak jauh ini, sejauh ini telah berhasil menumbuhkan lebih dari 150 penerbit di lebih dari 50 kota.

Hari ini, saya gagal mengambil e-bookforbis. Karena, masih baru sama sekali. Tapi, esok saya yakin, bisa mengunduh bahan ebook senilai Rp. 200.000,- itu.
Tapi, ngomong-ngomong, besok, insya Allah, saya tidak ke warnet lagi. Kenapa?
Uang saya, habis!
Tak terasa, total uang untuk investasi belajar internet marketing.
TOTAL Rp. 549.800
(lima ratus empat puluh sembilan ribu delapan ratus rupiah), dengan rincian sbb.
Jumat 7, Nopember 08
1.Ke warnet Rp. 2.000,-
2.Makan siang berdua ustad Roni Akbar di warteg, Rp. 20.000,-
3.Beli tiga buku Rp. 100.600,-
4. Ongkos Parung-Depok, pp, Rp. 20.000,-

Senin, 10 Nop. 08.

1.Ke warnet, Rp. 18.000,-
2. Beli lontong dan bakwan 6 biji Rp. 3.000,-


Selasa 11 Nop. 08.
1.Ke internet Rp. 25.000,-.

Senin 17 Nop. 08,
1.Transfer ke formulabisnis.com ke Semarang Rp. 200.000,-
2.Ke warnet lagi Rp. Rp. 11.000,-.
3.Beli Flash Dish merek NEXUS Rp. 80.000,-

Selasa, 18 Nop. 09,
1.Warnet. Rp. 8.000,
2. Malam siang berdua di warteg Rp. 20.000,
3. Ongkos ke Parung-Depok, pp,Rp. 20.000,-

Rabu, 19 N0p. 08,
1. warnet 4 jam lebih Rp. 20.000,-
2. Makan, lontong 2 bakwan (nikmaa….ttt) Rp.2.000,-

Kesimpulan.
1. Alhamdulillah, kemajuan belajar berkembang secara bertahap. Ini, investasi, dan insya Allah ilmu internet marketing semakin berkembang.
2. Dana, tak bisa dipungkiri, terbatas, meski semangat masih berkobar-kobar. Dana itu, dari pinjaman dari kakakku, lewat ibuku yang dalam balutan senja 74 tahun. Aku tidak meminta. Saya berjanji akan mengembalikan semua pinjaman itu, jika internet marketing membuahkan hasil. Yang jelas, aku harus mencari pinjaman lagi. Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya yang selalu ingin bertobat dan memperbaiki diri, melalui dakwah dan bisnis. Amin.
3. Ebook formula bisnis, belum bisa sama sekali saya ambil dari formulabisnis.com Namun, demikian, semoga Allah SWT masih mengugerahkan umur panjang padaku, agar aku bisa beramal jariah melalui SMUO.*


Ingin Kiat Praktis Dirikan Wirausaha Penerbitan Buku di Rumah dan Kiat Menulis Buku dengan Kecepatan Cahaya?
Klik : www.bukumilyarder.blogspot.com
Klik : www.yudipram.blogspot.com

Selasa, 18 November 2008

Mengungkap 5 Metode Rahasia Besar agar Anda dapat Menjadi Penulis Buku Produktif (Karya ke 5)

By Yudi Pramuko ( Sabtu 15 Nopember 2008)
Banyak orang ingin menulis buku yang banyak. Mereka ingin dikenal penulis buku produktif. Ini dibuktikan dengan buku ciptaannya, puluhan jumlahnya. Namun, sedikit yang berhasil mewujudkannya.

Mengapa? Letaknya, ada pada metode menulis yang berbeda. Keinginan saja tidak cukup. Keingian menjadi penulis produktif haruslah diiringi dengan metode yang tepat. Metode yang kurang lebih akan membawa anda kepada keputusasaan. Anda ingin tiba di Surabaya, dari Jakarta. Namun, anda naik bus ke arah Sumatera, maka anda tidak mencapai apa yang anda inginkan.

Tapi, jangan kuatir. Saya menunjukkan kepada anda metode yang tepat sehingga membuat anda menjadi pengarang buku yang produktif.

1.METODE SILAEN

Doktor Silaen, dosen saya dulu. Pak Silaen, lulusan Murdoch University, universitas terkemuka di Australia. Ia sudah menulis buku disertasinya yang SANGAT tebal. Mengapa Silaen berhasil menulis buku yang tebal, di tengah waktu dan biaya kuliah yang terbatas?
Inilah rahasia metodenya.”Tulislah dari mana saja. Ada data, tulis data dulu. Tulis bab tiga dulu, atau bab dua dulu. Menulis pertengahan bab juga tidak mengapa. Yang penting, anda mulai menulis dari mana saja, supaya karya kita lekas jadi buku,” kata Silaen.

Ia menyarankan, jika macet, tulis yang bisa dulu. Tulislah outline (kerangka karangan dulu), misalnya. Dan katanya, jangan menganggap out line atau judul buku itu sudah pasti. Suatu saat bisa diubah.

Pokoknya, tulis dulu. Tulisan dapat disempurkankan kemudian. Susunan bab buku juga dapat diutak-atik kemudian. Pendeknya, jangan buang terlalu banyak waktu di dalam keragu-raguanya. Langsung saja menulis dengan cara yang mungkin dilakukan, meskipun teknik itu tidak lazim menurut orang lain.

Dengan metode “Tulislah dari mana saja yang anda bisa,” maka anda dapat menyelesaikan buku lebih cepat daripada orang lain yang tidak memiliki metode menulis sama sekali.


2.METODE HAMKA

Anda dapat menyerap dan mempraktikkan metode HAMKA. Dengan metode yang khas inilah, HAMKA berhasil melahirkan lebih dari seratus lima belas judul buku sepanjang hidupnya, yang 73 tahun ( 1908-1981).

“Menulislah dengan ilham,” itulah metode HAMKA. Hamka tidak menanti datangnya ilham, lalu baru menulis buku. Tidak. Hamka menanti datangnya ilham sambil tangannya terus menerus mengetik di depan mesik tik. Ia tidak berhenti mengetik. Dengan cara terus menerus bekerja, dan mengetik itulah HAMKA mendapatkan ilham. Tak heran, ia menjadi pengarang yang sangat produktif dibandingkan semua ulama, kiai, dan ustad yang hidup sejaman dengannya.

3.METODE NATSIR

“Mulailah dari apa yang ada karena yang ada itu lebih dari cukup untuk memulai pekerjaan,” ingat Mohammad Natsir (1908-1981), Pahlawan Nasional yang pernah menjadi Perdana Menteri pertama NKRI pada 1950-1951.

Untuk menulis buku supaya produktif, jangan mengharapkan yang jauh. Modal yang dekat sudah cukup tersedia. Ada napas, umur, ada udara yang mengalir. Cukup tersedia sinar matahari. Ilmu yang sudah ada. Semua itu lebih dari cukup untuk memulai praktik menulis. Anda hendaknya tidak mencari yang tidak ada. Karena yang ada di dalam diri kita, juga di sekitar itu, semuanya adalah permulaan yang banyak sekali, lebih dari cukup untuk menjadi penulis produktif.

Ada orang menyiapkan segala syarat dan rukun untuk menulis buku selengkap mungkin, maka orang itu dipastikan tidak dapat menulis buku sebuah pun. Karena, ia akan selalu merasa persiapannya belum lengkap dan sempurna. Untuk menjadi penulis buku yang subur, cukuplah menggunakan apa yang telah ada untuk bekerja menciptakan buku-buku baru. Kesempurnaan karya dilakukan sambil jalan saja.

4.METODE PRAM

Anda dapat menggunakan metode Pram dengan menggunakan dua pendekatan. Pertama, tulislah satu lembar satu hari, tujuh hari dalam seminggu, atau 31 hari dalam sebulan atau 365 hari dalam setahun. Anda jangan berdiri sebelum menghasilkan tulisan sebanyak 1 lembar sehari. Berapa pun waktu yang ada pakai, tak soal.

Yang penting anda setiap hari memproduksi 1 halaman sehari. Dengan pendekatan jumlah halaman ini ada menghasilkan 30 lembar sebulan. Ini berarti satu buku tipis. Dalam setahun anda memproduksi 12 buku asal anda konsisten memproduksi 1 halaman sehari. Jika target 2 halaman sehari, maka anda menghasilkan 24 setahun.

Pendekatan kedua, berdasarkan waktu. Habiskan waktu, misalnya, duduk mengetik 60 menit sehari semalam. Anda tidak diperkenankan berdiri sebelum menghabiskan 60 menit, berapa pun jumlah halaman yang anda hasilkan. Yang paling penting anda mendisiplinkan diri untuk menulis buku selama 60 menit sehari sepanjang tahun. Dengan cara ini anda menjadi orang yang sangat sedikit dibandingkan jutaan orang lain di Indonesia. Anda menjadi pengarang buku yang sangat subur.

Dengan kata lain, metode Pram ( Yudi Pramuko) anda dipaksa untuk menjadi penulis yang sangat produktif, meski pun anda hanya menghasilkan satu halaman sehari, atau anda hanya menginvestasikan 60 menit sehari.

Rahasia produktivitas terletak pada kedisiplinan anda menulis buku tujuh hari dalam seminggi sepanjang tahun, sebagaimana anda makan tiga kali sehari sepanjang tahun, tidak pernah berhenti. Kalau makan saja, anda dapat praktikkan setiap hari dan sepanjang tahun, maka menulis buku juga dapat anda lakukan setiap hari sepanjang tahun, tidak istirahat.

5.METODE SI DUNGU

Supaya menjadi penulis buku produktif, anda dapat mempraktikkan metode ‘Si Dungu’. Menulislah apa yang anda tulis, asal dengan bahasa sopan dan halus. Apa pun komentar orang, anggaplah anda menjadi si dungu, yang tidak tidak pernah terpengaruh oleh banyaknya komentar dan membuat anda berhenti menulis. Si Dungu biasanya sukar sekali berubah setelah diberikan nasehat. Anda juga demikian. Pertahkankan kedisiplinan anda menulis, misalnya menulis 2 atau 10 halaman sehari. Jika dikritik orang lain, jangan goyah. Tetaplah pertahankan kebiasaan anda menulis dengan target yang anda tetapkan sendiri.

Bersikapkah seperti si Dungu, alias Si Bodoh yang sukar berubah. Dengan metode Si Dungu, anda, saya jamin, menjadi penulis buku yang produktif. Sedangkan, Si Pintar dan di Tukang Kritik biasanya hanya pandai mengomentari, dan tidak menghasilkan buku sebuah pun sepanjang hidup mereka.

Pesan saya, hiduplah seperti Si Dungu. Supaya anda dapat menghasilkan naskah buku yang berjilid-jilid.

Itulah lima buah metode yang membuat anda menjadi pengarang buku yang hebat, dan produktif.

klik : bukumilyarder.blogspot.com

Inilah 9 Penyebab Terbesar Kegagalan Anda Menulis Buku secara Produktif (Karya ke 4)

By Yudi Pramuko ( Jumat, 14 Nopember 2008)

klik : bukumilyarder.blogspot.com

Apakah anda berusia di atas 40 tahun? Apakah anda belum menulis buku sepanjang hidup anda? Atau anda sudah menulis sebuah buku dan tidak pernah menulis buku lagi?

Jangan khawatir. Saya akan meringkas pengalaman hidup saya yang (dahulu) menyebabkan saya tidak produktif dalam menulis buku. Dan akibatnya, lebih dari lima tahun umur saya kosong dari karya dalam bentuk buku. Setelah saya merenungkannya, saya meringkas ada sembilan penghalang terbesar yang membuat saya tidak menghasilkan buku sampai usia saya mencapai 39 tahun. Di umur itulah saya menghasilkan buku saya yang pertama, berjudul “ Yusril Ihza Mahendra’ Sang Bintang Cemerlang.”

Buku biografi itu tebalnya 200 halaman, dicetak 3 ribu buah, dan diluncurkan di perpustakaan Nasional, dihadiri 400 undangan dari berbagai ormas dan partai politik, termasuk para duta besar negara sahabat, Pakistan, Palestin, Malaysia, Iran dan Irak. Kini dalam 7 tahun saya menghasilkan lebih dari 50 naskah buku.

Ini dia 9 penyebab terbesar anda tidak dapat menulis buku yang produktif.

1. ANDA MERASA PINTAR

Jika anda merasa pintar maka sukar sekali anda menghasilkan buku. Ingatkan, jika anda merasa pandai di dunia ini, ingatlah dan yakinlah terdapat jutaan orang yang lebih pintar dari anda. Menulislah dengan cara orang biasa saja. Bukan orang yang merasa pintar. Tuliskan apa yang anda pikirkan dan anda rasakan. Menulislah buku dengan tingkat kebodohan tertentu. Jangan takut ditertawakan orang lain, saat mereka tahu karya anda. Kalau anda takut dinilai bodoh, maka anda tidak pernah menghasilkan sebuah buku pun. Saya yakin itu!

2.ANDA MELAKUKAN SPESIALISASI TERLALU PAGI

Anda ingin menjadi sangat ahli, di saat anda belum menulis buku sebuahpun. Anda ingin sekali dikenal sebagai seorang pakar dengan spesialisasi tertentu sejak awal. Ini menyebabkan beban kejiwaan yang berat, sebelum anda menulis sebuah bukupun. Akibatnya, anda merasa demikian berat menulis buku. Berat, karena pikiran dan pilihan anda yang keliru sejak awal. Anda ini menjadi orang yang sangat ahli dan menghasilkan karya yang sempurna di dalam buku yang pertama. Tulislah buku apa saja.

Misalnya, kumpulan cerita pendek, novel sederhana, buku sejarah, kumpulan catatan harian, cerita anak-anak, buku komik, kumpulan artikel, politik, budaya, ekonomi, sejarah, apa sata yang ingin anda tulis. Jangan melakukan spesialisasi terlalu dini. Jangan membatasi pada satu bidang saja.

3. ANDA INGIN KARYA ANDA SEMPURNA.

Ini mustahil. Tidak ada sebuah buku pun yang sempurna dari segala sisi. Ada saja kekurangannya, menurut pandanga orang lain. Semakin banyak orang menilai buku anda, akan semakin jelas, buku anda semakin nampak kekurangannya. Karya Hamka yang pertama, novel sederhana ‘Si Sabariyah’ ditertawakan sendiri oleh Hamka di kemudian hari. Yang paling penting, adalah kenyataan sebuah buku telah lahir, betapapun tidak sempurnanya buku itu, menurut anda sendiri maupun menurut orang lian.

4. INGIN MENCIPTAKAN KARYA BESAR

Sebagai penulis, anda ingin mewariskan karya besar kepada dunia. Inilah impian besar anda. Sementara anda sendiri, menghabiskan umur untuk melamun, karena terbelenggu oleh impian besar anda sendiri. Lalu, apa artinya impian besar jika justru melumpuhkan daya juang untuk menulis.

5.TIDAK BETAH DUDUK DI KURSI

Pengarang menulis buku dengan cara duduk. Anda harus sabar dan betah duduk ratusan jam jika ingin menjadi pengarang produktif. Tanpa betah duduk, anda tidak mungkin jadi pengarang buku yang produktif. Rahasia pengarang besar yang subur menghasilkan puluhan buku adalah ia betah dudul. Maaf, seni melekatkan pantat di kursi dengan sabar itulah yang membuat anda menjadi pengarang produktif.

6. TIDAK RAKUS MEMBACA

Anda tidak dapat menjadi pengarang buku yang subur jika anda malas menggali informasi dari berbagai sumber. Jika ingin produktif menulis buku, maka rahasianya bukan banyak menulis. Melainkan rakus mengamati apa saja. Rakus membaca apa saja! Supaya produktif menulis, anda lebih banyak membaca daripada menulis.

7. INGIN SEGALANYA TERSEDIA

Anda ingin semua bahan terkumpul dahulu, barulah anda mulai menulis buku. Anda ingin ruangan sejuk, anda baru menulis. Anda ingin suasana tenang, tidak berisik, tidak adan nyamuk, tidak ada kegaduhan baru anda bisa menulis buku dengan subur. Inilah penghalang terbesar yang anda ciptakan sendiri. Anda menuntut segala sempurna, tersedia sesuai keinginan anda barulah anda menulis buku.

Buku legendaris, Max Havelaar tercipta saat pengarangnya dalam kemiskinan dan penderitaan. Tetralogi “Bumi Manusia’ yang dahsyat itu karya Pramoedya Ananta Toer lahir di kamp konsentrasi, ketika pengarangnya dirampas kebebasannya, kerja paksa dan tanpa sebuah buku referensipun!

8. INGIN SEPERTI ORANG LAIN.

Karena ingin menjadi terkenal seperti pengarang buku yang telah sukses, anda lalu meniru. Awalnya, boleh saja terinspirasi oleh orang lain yang anda kagumi. Namun, kalau anda tidak lekas melepaskan diri dari bayang-bayang orang lain, yakinlah anda tidak akan menjadi apa-apa. Anda harus berani memisahkan diri dengan siapapun, dan menjadi diri sendiri.

Mengapa anda tidak berani menjadi diri sendiri? Ingin jadi orang lain! Inilah yang penghalang terbesar anda tidak produktif sama sekali. Tidak perlu bangga terhadap karya orang lain secara terus menerus, karena akan melumpuhkan semangat anda sendiri. Apalagi jika diingat, yang berkarya ada mereka, bukan anda! Lalu, buat apa kagum terhadap karya orang lain, sementara anda sendiri hanya jadi pengagum dan tidak berkarya secara mandiri!

9. TERPAKU PADA TEORI DAN TEKNIK MENGARANG

Inilah penghalang terbesar kebanyakan orang sehingga tidak pernah menulis buku. Praktik, langsung menulis, tanpa terpukau oleh teori dan teknik mengarang, itulah rahasianya anda menulis buku dengan produktif, tanpa anda duda sama sekali.

Teori dan teknik mengarang yang tertulis dalam buku-buku justru menipu anda. Buktinya, anda tidak semakin produktif. Justru anda semakin ragu untuk langsung menulis buku.

Temukan teori dan teknik serta gaya menulis buku ciptaan anda sendiri. Dengan cara inilah, anda menghancurkan penghalang terbesar yang selama ini menciutkan nyali anda menulis buku. Pembaca tidak perlu tahu cara dan teknik anda menulis buku. Persetan, dengan teknik! Pembaca hanya tahu, anda sudah menghasilkan buku berturut-turut. Pembaca tidak ingin mengetahui kesusahan anda menulis buku! Mereka hanya tahu, anda penulis buku produktif dengan gaya tang khas anda sendiri!

Sembilan kesalahan besar itu umumnya dialami banyak orang di masa lalu. Saya dulu terperangkap dalam sembilan kesalah itu, sehingga puluhan tahun umur saya kosong dari karya!

Saya berharap anda tidak mengulangi 9 kesalahan yang telah saya buat. Saya menungkapkan semuanya, agar anda menjadi pengarang buku secara produktif sebagaimana yang kini saya alami.

Pengalaman hidup memang mahal. Karena harus ditebus dengan umur yang mahal dan telah terbuang sia-sia! Tanpa karya sama sekali!
Saya ingin sekali anda memproduksi buku-buku sebagai bukti bagi generasi berikutnya bahwa anda pernah hidup di atas dunia ini.
Tidak hanya itu.
Buku adalah bentuk amal saleh, amal jariah yang pahalanya mengalir abadi setelah adan pulang kembali kepada Allah Swt di negeri akhirat. Pahalanya terus mengalir dan anda menikmati manfaatnya, karena buku anda ternyata sangat berguna dan membimbing banyak orang yang masih hidup di dunia.

klik : bukumilyarder.blogspot.com

3 Teknik Bagus Membuat Kalimat Bagus agar Anda dapat Membuat Buku secara Produktif.(Karya ke 3)

By Yudi Pramuko, only in Indonesia ( Sabtu 15 Nopember 2008)

Anda kesulitan membuat kalimat yang efektif? Jangan ragu. Saya akan menunjukkan kepada anda caranya. Banyak orang sukar mengarang buku. Padahal buku itu terdiri dari halaman. Halaman terdiri dari kumpulan paragraf. Paragraf terdiri atas kalimat. Nah, kunci menciptakan buku dimulai dari membuat kalimat. Mengapa harus susah-susah membuat kalimat. Inilah tiga teknik membuat kalimat.

Teknik ke 1 :
BUATLAH KALIMAT DENGAN JUMLAH KATA TIDAK LEBIH DARI 9 (SEMBILAN) KATA.

Kalau kalimat yang anda buat lebih dari 9 kata, agar sukar orang memahami maksud anda dengan segera.

Contoh kalimat ke 1: Saya mengklik formulabisnis.com. Kalimat ini hanya tiga kata. Bagus!
Contoh kalimat ke-2: Saya mengklik formulabisnis.com, terbukalah halaman pertama yang sangat mengesankan dan mendebarkan siapa saja yang ingin memulai bisnis melalui internet.

Kalimat ini panjang, terdiri dari 19 kata. Napas pembaca anda paksa semakin panjang. Pembaca lelah. Kalimat panjang itu bisa anda pangkas menjadi beberapa kalimat. : Saya mengklik formulabisnis.com, terbukalah halaman pertama yang sangat mengesankan. (9 kata).
Selain mengesankan (2 kata), formulabisnis.com mendebarkan siapa saja ( 5 kata), khususnya yang ingin memulai bisnis melalui internet (7 kata). Kalimat ini terdiri atas 14 kata, namun dipisahkan dengan tanda (,), sehingga napas pembaca lebih teratur, karena hanya mengunyah kalimat yang pendek, dipendekkan oleh tanda koma.

Teknik ke 2 :

BUATLAH KALIMAT DENGAN AWALAN ME, BUKAN AWALAN DI

Contoh kalimat ke 1: Saya membuka situs formulabisnis.com karya Joko Susilo. Kalimat ini lebih lugas, lebih aktif, lebih efektif dibandingkan dengan dengan kalimat: Situs formulabisnis.com karya Joko Susilo dibuka oleh saya.
Contoh kalimat ke 2 : Joko Susilo mengecek saldo akhir tabungan miliknya. Ini lebih bagus daripada kalimat: Saldo akhir tabungan milik Joko Susilo dicek olehnya.

Teknik ke 3 :

BERIKAN PERBANDINGAN, CONTOH, KIASAN DI DALAM KALIMAT.

Contoh kalimat ke 1: Tendangan Eto’o bagaikan badai, menjebol gawang lawan. Kata badai bikin kalimat lebih hidup, lebih plastis dibandingkan kalimat ini : Tendangan Eto’o sangat keras, menjebol gawang lawan.
Contoh kalimat ke 2: Dengan mata terbuka bercahaya seperti mata elang, berdiri tegak, dada membusung, tangan terikat ke belakang di sebuah tiang, Imam Samudera menyongsong maut di depan reguk tembak.

Dengan menguasai ketiga teknik di atas, insya Allah anda dapat menyusun paragraf, halaman dan sebuah buku karya anda sendiri.
Selamat menulis setiap hari dengan cinta kepada Allah, dengan cinta yang menggebu!

3 Langkah agar Anda Menulis Buku Secepat Kilat (Karya ke 2)


By Yudi Pramuko ( Sabtu 15 Nopember 2008)

Sudah berapa buku yang anda hasilkan sepanjang hidup anda? Satu, dua, tiga buku? Atau anda belum menulis sebuah buku pun?

Saya ingin menunjukkan tiga langkah yang insya Allah membuat anda dapat menulis buku secepat kilat. Lalu, anda terbitkan sebagai karya anda sendiri. Banyak orang yang tidak tahu caranya menulis buku secepat kilat. Karena, mereka tidak yakin pada dirinya sendiri.

Langkah pertama, mulailah mengetik kalimat dengan membaca Bismillahir rohmanir rohim. Karena setipa perbuatan akan dicatat oleh Tuhan. Alangkah ruginya, jika pekerjaan anda menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat, karena anda tidak kaitkan dengan Allah.

Langkah kedua, tulislah kerangka karangan, atau outline sementara atau susunan bab yang anda bikin sepintas lalu. Tidak usah sempurna. Namun judul buku dan kerangka hendaknya sudah anda persiapkan. Bayangkan, ada seorang pengarang wanita di Indonesia, sudah menyiapkan seribu judul, beberapa di antaranya dilengkapi dengan kerangkan karangan. Sehingga dia sudah bisa membayangkan isi bukunya. Anda dapat menulis buku dengan cara menuliskan judulnya dahulu beserta kerangkan karangannya. Anda cuku menuliskan semuanya dalam selembar kertas saja. Anda memiliki bayangkan 50 buku, misalnya, dalam 50 lembar kertas, yang berisi judul buku dan kerangkanya saja.
Kebanyakan orang tidak punya mimpi besar menjadi penulis produktif. Karena tidak punya tekad dan impian besar, ia tidak punya kerangka kerja, meskipun tertulis dalam selembar kertas.

Langkah ketiga, mulailah menulis dengan tidak memperhatikan tata bahasa. Teruslah menulis, meski banya salah ketik di sana-sini. Yang penting, targetkan tulisan harus jadi dulu lima halaman, misalnya. Setelah jadi baru anda koreksi. Mulailah dari bab mana saja yang bisa anda tulis lebih dulu. Bisa juga anda tulis kata pengantar dulu. Atau tulislan penutupnya dahulu. Atau tulislah profil dan curriculum vitae anda sendiri. Semua yang anda tulis harus dikerjakan dengan kecepatan tinggi sejak kalimat pertama. Maju terus saja, dengan kesalahan ketik di sana sini. Jangan menengok ke belakang, ke kalimat anda yang baru anda ketik. Anda harus selalu maju dengan kalimat-kalimat baru. Tulislah apa yang terasa di kandungan hati, yang terasa di kepala tanpa memperhatikan tata bahasa.

Dengan ketiga langkah inilah anda maju melangkah menjadi penulis buku dengan kecepatan kilat!

3 Kesalahan Terbesar Penulis Pemula (Karya ke 1)

By Yudi Pramuko, only in Indonesia

Bayi lahir tidak punya ilmu pengetahuan sedikitpun.
Orang yang tidak pernah menulis buku, artinya ia tidak punya pengalaman sedikitpun tentang menulis buku seperti bayi yang baru lahir. Nah, inilah saat yang tepat untuk memulai menulis buku. Karena, untuk menulis buku yang pertama hendaknya dimulai dari tidak ada pengalaman. Saatlah membangun pengalaman, dengan cara menulis buku pertama. Tak heran orang yang bertekad, menghasilkan buku, ia selalu ragu untuk memulai. Ia juga tidak tahu apa menulsi buku apa, dan bagaimana carannya.
Saya akan memberikan jalan keluar dari tiga kesalahan terbesar penulis pemula, seperti anda.

1.Ragu-ragu!

Jika sikap ragu-ragu selalu anda diperturutkan anda tidak akan pernah menulis sebuah buku pun. Ubahlah keraguan anda dengan yakin. Keyakinan dapat mengubah hal yang ‘tidak mungkin’ menjadi mungkin. Yakinlah anda bisa menulis buku yang pertama. Tak ada pekerjaan yang bisa dikerjakan di dunia ini kalau orang menghadapinya dengan hati ragu. Soekarno yakin, suatu hari Indonesia akan mencapai kemerdekaannya. “Saya tidak akan menikah, kecuali jika Indonesia telah merdeka!” janji Mohammad Hatta kepada dirinya. Keduanya, dengan yakin berjuang mewujudkan keyakinannya. Keduanya mengorbankan apa saja, waktu, pikiran, tenaga, keringat untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Mereka berjuang dengan keyakikan yang buat asal cita-cita tercapai!
Banyak orang yang ragu terhadap cita-cita Bung Karno dan Hatta. Banyak alasan untuk membantahnya. Bagaimana mungkin Indonesia merdeka? Rakyat Indonesia miskin. Banyak yang buta huruf. Banyak yang masih bodoh.”Kita didik dulu rakyat sampai pandai. Setelah pandai barulah kita merdeka,” kata orang yang ragu Indonesia bisa merdeka.
Soekarno menjawab,”Kita merdeka dulu, baru setelah merdeka kita didik rakyat kita!”
Akhirnya, tercapailah Indonesia merdeka pada Jumat 17 Agustus 1945 pk. 10.00. Dua bulan kemudian, Mohammad Hatta menikahi dengan Rahmi Hatta. Saat Hatta menikah, usinya 43 tahun dan telah menjadi wakil presiden. Sedangkan, Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia berusia 44 tahun.
Pertanyaanya, mengapa keduanya bisa mencapai cita-citanya, yakni Indonesia merdeka? Karena, yakin! Mereka tidak pernah ragu-ragu sedikitpun.
Anda jika yakin dapat menulis sebuah buku, insya Allah bisa. Anda akan mencari jalan, apa saja, untuk mewujudkan cita-cita anda. Saya sendiri sangat yakin anda berhasil mewujudkankan keyakinan anda, yakni menulis buku. Saya tidak ragu sedikit pun. Asal anda bersungguh-sungguh, mencurahkan enerji, kemampuan, tenaga, waktu untuk menulis dengan sungguh-sunggu, saya yakin anda BISA menulis buku pertama. Menulis buku yang kedua, jauh lebih mudah daripada menciptakan buku yang pertama.
Sikap ragu-ragu di dalam hati, ia tidak bisa menulis buku, inilah kesalahan terbesar pertama penulis buku pemula.
Tanamkan keyakinan yang mendalam, maka anda bisa menciptakan apa saja sesuatu yang baru.

2. Tidak Tahu Harus Menulis Apa!

Tulis apa yang anda sukai. Supaya lebih lancar, buatlah kerangka karangan dulu. Misalnya, lima bab. Judul-judulnya saja. Berdasarkan kerangka karangan (out line) yang anda buat, mulailah menulis sedikit demi sedikit. Anda harusnya menulis apa yang anda sukai. Misalnya, jika anda seoran guru, anda bisa menulis cara mengahadapi anak/siswa sehari-hari. Kalau anda punya anak, tentu anda punya pengalaman merawat dan mengasuh anak kandung anda. Anda dapat menuliskan cara merawat anak sejak lahir, balita hingga usia sekolah dasar. Misalnya, begitu. Jika anda punya banyak teman, anda bisa tulis sifat dan pembawaan mereka masing-masing. Tuliskan pengalaman anda bergaul dengan mereka selama ini. Tuliskan pengalaman yang unik dan cara menghadapi mereka selama ini, sehingga pengalaman itu berkesan, dan boleh jadi sanga berguna untuk orang banyak yang membaca buku anda.
Pendeknya, setiap orang punya masa lalu dan punya pengalaman hidup yang khas. Pengalaman hidup yang khas dan berbeda itu dapat anda tuliskan menjadi sebuah buku yang tidak habis-habisnya, tanda anda membuka sebuah buku pun saat anda menuliskannya. Pengalaman hidup ternyata referensi yang sangat kaya dan tidak habis-habisnya untuk ditulis.
Tidak tahu menulis tentang apa, itulah kesalahan terbesar yang kedua dari penulis pemula. Tema politik, kehidupan sehari-hari, budaya, olah raga, lingkungan sekolah, tempat kerja, masa kecil, masa remaja dan lainnya adalah bahan karangan buku yang melimpah!

3. Tidak Tahu Cara Memulainya!


Inilah kesalahan terbesar ketiga bagi penulis buku pemula. Padahal, cara menulis buku ialah dengan cara menuliskan apa yang terasa di hati dan di kepala. Tanyalah kepada ahlinya, tentang cara menulis buku. Mereka akan menjawab,”Tulis saja apa yang anda rasakan, dan yang anda pikirkan,”
Dengan metode inilah ‘menulis apa yang sedangkan ada pikirkan dan rasakan’ inilah yang menjadikan seseorang menjadi penulis besar dalam sejarah. Para pengarang buku terkemuka di dalam sejarah, ternyata menuliskan apa yang sedang dia pikiran, termasuk kegelisahan yang tengah ia rasakan.
Itulah sebabnya, mereka dikenang oleh masyarakat luas. Orang yang tidak menuliskan pengalaman, pikiran dan perasaannya tidak dikenal, dan tidak dikenang dalam sejarah!

klik : bukumilyarder.blogspot.com